Lahir di lingkungan keluarga terdidik, agamis, pecinta ilmu pengetahuan membuatnya sejak kecil sudah terbiasa bergaul dan menghafal al Quran.
Provinsi Souhaag, 28 Oktober 1927 M tempat ia melengkingkan suara tangisannya. Berbekal didikan awal dari keluarganya, pada tahun 1944 Ma’had Alexsandria Keagamaan menjadi pilihan pertama untuk mengekspresikan kesungguhannya dalam belajar.
Setelah berhasil menaklukan rintangan Tsanawiyah (SLTA), beliau menguji kembali kesabarannya di Univ. al Azhar fakultas Ushuluddin, hingga gelar Lc-pun diraihnya tahun 1959 M. Dipangkuan almamater ini pula ia menggondol gelar doktoralnya di jurusan Tafsir dan Hadits (saat itu belum ada pemisahan) dengan nilai summa cumlaude tepat tanggal 5 September 1966 M. Bani Israel fil Kitaab wa Sunnah, judul disertasi beliau yang kini dapat kita temukan di toko-toko buku. Inilah yang menjadi alasan penunjukannya masuk dalam jajaran staf dosen di fakultas Ushuluddin tahun 1968 M, kinerja memuaskan yang ia tampakkan membuat al Azhar memilihnya sebagai Dekan fakultas Ushuluddin di provinsi as Syuth tahun 1976 lalu berlanjut sebagai Dekan fakultas Dirasah Islamiah wal ‘Arabiyah lil baniin tahun 1985 M hingga akhirnya ia dipercaya menjadi Mufti Republic Arab Mesir 28/10/1986 M.
Dibekali segudang prestasi dan pengalamannya ini, 8 Zdul Qaa’idah tahun 1416 H/ 27 Maret 1996 M. Allah swt mengamanahkan dipundaknya untuk menjadi Grand Master of al Azhar yang ke 43, disamping kesibukannya ini, ia juga sebagai Guru Besar bidang Tafsir di Univ. Islam Libiya sejak tahun 1972-1976 M, selanjutnya menjabat kepala bidang Tafsir program Magister di Univ. Islam Madinatul Munawwarah dari tahun 1980-1984 M.
Prof. Dr. Mohammad Sayyid Thantawi itulah nama kebesarannya, Kini beliau telah tenang berbaring disisi-Nya meninggalkan kita sebagai harapan sekaligus sadaqah jariyah tentunya, pertanyaannya, mungkinkah kita merealisasikan ‘azam beliau diatas?!. Begitu panjang perjalanan beliau demi berkhidmah pada Islam, telah banyak mempersembahkan karya dan buah pemikiran, terlepas polemik orang tentang beliau yang tak jarang memancing perdebatan lewat fatwa dan pandangannya. Kini tokoh itu telah tiada, sebagai bukti kecintaannya pada para sahabat, beliau menutup aktifitas dakwahnya dalam muktamar yang bertemakan: “Pembelaan Terhadap Sahabat-sahabat Rasul saw.” di Riyadh.
Beliau wafat pada usia 82 tahun akibat serangan jantung di bandara Riyadh di detik-detik penantiannya kembali ke Mesir. Sebelum di bawa ke rumah sakit beliau sempat dirawat di ruang unit darurat bandara King Abdul Aziz, namun dalam perjalanan menuju rumah sakit beliau wafat tepat pukul 08:00 pagi waktu Saudi.
Beberapa karya yang sempat beliau tinggalkan, antara lain: Tafsir al Wasith, Banu Israel fil Quranul Karim, Mu’amalaat Bunuuk wa Ahkamuha Assyar’iyah, Qissah fill Quranul Karim, Adab Hiwar fil Islam, Mar’atul fil Islam dan lain-lain.
Sebagai kesimpulan untuk memudahkan anda, berikut ini beberapa point penting yang dapat kita tiru dari perjalanan hidup diatas, antara lain: lingkungan keluarga kondusif yang memungkinkan beliau terdidik secara islami sejak dini, menjadikan al Quran sebagai muqarar dan pedoman awal bagi si buah hati, semangat dakwah yang tak pernah luntur sampai ajal menjemput juga semangat menuntut ilmunya yang tak pandang umur.
Walhasil sebagai terimah kasih atas jasa-jasa beliau selama ini, mari-lah kita tutup perjumpaan kali ini dengan sama-sama menghadiakan Faatihatul kitab untuknya. Allahumma la tahrimna ajrahu wala taftinnaa ba’dahu wagfirlanaa walahu wa li jami’il muslimiina jami’an. Amin!
Sumber: Elkhaat
Oleh: Asgar Korona