Wawasan, Kairo— Masih ingat dengan pameran yang diadakan oleh PMIK di awal bulan Oktober kemarin? Pameran ini berkolaborasi dengan Pojok Peradaban. Dalam waktu 10 hari, mereka menghadirkan beberapa karya tulis Ulama Nusantara yang ditemukan di Mesir.
Mungkin sebagian dari kita memiliki pertanyaan mengenai beberapa hal seperti, kok bisa Pojok Peradaban menemukan peninggalan ulama kita ini? Seberapa besar sih antusiasme masisir dengan pameran ini? Setelah dipamerkan, karya-karya ini akan diapakan?
Berbincang dengan Ustaz Miftah Wibowo selaku pendiri Pojok Peradaban, beliau mengatakan penemuan ini bermula ketika Pojok Peradaban mendapat katalog berisikan 88 judul kitab yang pengarangnya merupakan ulama Nusantara. Ulama tersebut berasal dari suku Aceh, Melayu, Sunda, Jawa dan Bugis. Nah, dari katalog tersebutlah tim mereka mencari judul-judul yang tertera di beberapa maktabah.
Apakah penemuan karya tulis yang dilakukan ini berhasil hanya dengan melacak beberapa maktabah? Oh, tentu tidak semudah itu. Proses akuisisi kitab lawas ternyata membutuhkan proses yang tidak mudah, loh.
Bagaimana Pojok Peradaban Mendapatkan Kitab Musawwadat?
Pojok Peradaban menemukan katalog di Maktabah Halaby yang terletak di sekitar Madinatul Bu’uts. Berdasarkan penuturan Ustaz Miftah, maktabah ini memang dikenal sebagai salah satu maktabah yang dulu kerap menerbitkan kitab karangan ulama kita.
Mengacu kepada katalog yang ditemukan, Pojok Peradaban mencari kitab-kitab tersebut di beberapa maktabah dengan mengecek stok di gudang. Jika kitab yang dicari berhasil ditemukan, mereka tidak lupa untuk memeriksa daftar pustaka guna menemukan kitab-kitab di luar katalog yang sekiranya dikarang pula oleh Ulama Nusantara.
Selain menggunakan metode lacak di beberapa maktabah, Pojok Peradaban juga mengandalkan kenalan orang Arab yang merupakan penjual atau kolektor kitab lawas yang biasa disebut dengan kutubiy, mereka biasanya menyebarkan info kitab yang mereka jual melalui Facebook. Maka tidak heran, Pojok Peradaban harus nimbrung berebutan dengan calon pembeli lainnya, apalagi jika ditemukan kabar pelelangan.
Pojok Peradaban tidak jarang bersaing dengan orang Malaysia, hal ini wajar terjadi karena di antara kitab tersebut ada yang memiliki corak budaya Melayu. Begitu pun jika berhadapan dengan penjual, Pojok Peradaban mesti lihai dalam bernegosiasi menentukan harga, mengingat kitab-kitab ini memang langka serta memiliki nilai jual yang sangat tinggi.
Bagaimana Atensi dan tindak lanjut dari Pameran Musawwadat?
Ustaz Miftah menyampaikan bahwa respon Masisir terhadap pameran yang diadakan ini sangat bagus. Terbukti dari banyaknya tawaran kerja sama yang datang kepada Pojok Peradaban selaku pihak yang menemukan.
Namun, Pojok Peradaban untuk saat ini sedang memprioritaskan proyek koleksi katalog. Daftar karya tulis yang ditemukan di Maktabah Halaby akan dikumpulkan secara menyeluruh terlebih dahulu, sehingga tawaran kerja sama yang datang itu akan ditangguhkan untuk sementara.
Karena karya yang dipamerkan hanya ada di Mesir, mereka ingin mengkaji semua karya ini. Setelah dikaji dengan tuntas, barulah karya-karya tersebut akan dikirim ke Indonesia.
Pojok Peradaban berencana untuk membuat sebuah lembaga yang dinamakan Rumah Arsip Naskah Nusantara (RANU) guna menjadi tempat kajian. Hal ini menjadi langkah awal untuk bekerja sama dengan para peneliti literatur klasik, mereka ingin mempunyai prosedur yang jelas lagi terstruktur. Rencana pembentukan lembaga ini menjadi salah satu bukti profesionalitas dan keseriusan mereka dalam mengkaji karya-karya ulama Nusantara terdahulu.
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan Pojok Peradaban adalah menerbitkan kembali karya-karya cetak dan manuskrip yang ditemukan. Mereka ingin menerbitkan seri yang akan dibuat per-bahasa dan per-geografi. Rencana-rencana ini diperkirakan akan dieksekusi dalam 2-3 tahun ke depan.
Adapun fokus Pojok Peradaban saat ini tertuju pada dua hal, yakni koleksi katalog serta mencari tahu hubungan antara Maktabah Halaby dan Indonesia, mengingat sejumlah karya yang dipamerkan kemarin banyak yang ditemukan di Maktabah Halaby.
Reporter: Muhimma Aini Rahayu
Editor: Akmal Sulaeman