Samaa Internasional Festival (Gambar: dok. Wawasan) |
Wawasan, Kairo— Penutupan
“Samaa International Festival for Spritual Music & Chanting” yang
diselenggarakan di Bab El-Nasr, El-Gamaliya, Kairo pada hari Sabtu (24/9)
sukses menghadirkan gemuruh tepuk tangan di sekeliling panggung pementasan.
Acara yang diprakarsai oleh seorang Seniman berkebangsaan Mesir, Intesar Abdel Fattah ini berhasil mengolaborasikan agama dan
budaya dengan tema “Peace of The World” lewat musik.
“Tema yang kami angkat pada acara kali ini
adalah esensi dari setiap agama yang ada, seperti cinta, perdamaian, toleransi
dengan menggunakan sudut pandang agama, suku, ras, begitu pun strata sosial
dimana terdapat beberapa negara turut berpartisipasi juga pada acara kali ini,”
ungkapnya dengan nada bahasa Arab yang berat saat menjalani sesi wawancara bersama
kru Wawasan.
Intesar Abdel Fattah (Gambar: dok. Wawasan) |
Selain diikuti oleh pementas yang berasal dari
berbagai kalangan agama seperti Islam dan Kristen, acara ini juga turut diramaikan
oleh tim paduan suara yang berasal dari berbagai negara, diantaranya Sudan, Sudan Selatan,
Djibouti, Mesir, Rumania, Suriah, Yaman, Aljazair, Palestina, Yordania, Kanada,
India, dan Indonesia. Untuk perwakilan Indonesia dihadiri oleh tim nasyid Dai Nada
yang didirikan oleh Nur Akhyari.
“Untuk Indonesia sudah menjadi tim inti dari
acara ini sejak tahun 2007 hingga sekarang. Saya sendiri sudah bekerja sama
dengan Duktur Abdel Fattah, seorang Seniman Mesir yang memiliki peran penting
dalam kebudayaan Mesir,” terangnya.
Tak hanya itu, Nur Akhyari juga menyampaikan
tujuan dan harapannya dari pelaksanaan acara tahunan ini yang sudah menginjak
usia ke-15 tahun.
“Yang menjadi titik fokus kita, bagaimana kita
menghadapi perbedaan itu dengan risalah perdamaian. Kita sebagai manusia,
dengan acara ini kita bisa saling menghargai, memberikan kebebasan satu sama lain. Nahnu
insan qabla kullu syai, jadi sebelum kita menjadi seorang Muslim atau apa saja
kita harus manusiawi. Perbedaan itu bagian dari kehidupan, karena Allah SWT
menciptakan kita berbeda-beda. Itulah inti sari dari pertunjukan kali ini,”
ungkapnya dengan tenang.
Pementasan musik menghadirkan kompilasi himne Koptik dengan nyanyian
Islam yang dilantunkan secara bergantian oleh beberapa tim paduan suara. Hal
tersebut menjadi refleksi terhadap indahnya perpaduan antara agama dan budaya
dalam satu kesatuan irama.
Pada akhir acara malam itu, Dai Nada juga
mempersembahkan lagu “Lestari Alamku” yang diiringi dengan petikan gitar nan
merdu. Sontak para penonton juga ikut bertepuk tangan mengikuti irama yang
dilantunkan oleh tim nasyid perwakilan Indonesia itu, yang beberapa dari
personil mereka merupakan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Mesir.
Reporter: Ryan Saputra
Editor: Ichsan Semma