FeatureInvestigasiTentang KKS

Setahun Sudah, di Mana Mobil KKS?

 

Ilustrasi (Gambar: by kru Wawasan)

 

Wawasan, Kairo—Dalam merealisasikan janji kampanye setahun
silam untuk pengadaan mobil sebagai usaha pendapatan mandiri organisasi,
Punggawa KKS 2020—2021 telah melakukan beberapa upaya, salah satunya crowdfunding
(red—urun dana) yang
melibatkan banyak warga KKS. Setelah adanya crowdfunding ini, banyak
pertanyaan dari warga tentang keberadaan mobil dan dana yang sudah terkumpul.

 

Hal ini disebabkan belum adanya wujud dari kendaraan yang
direncanakan, juga minimnya informasi yang jelas tentang kelanjutan proyek ini
hingga sekarang. Berangkat dari simpang siur informasi yang beredar, Wawasan
KKS tergerak untuk mencari titik terang terkait hal tersebut. Di mana Mobil
KKS?

 

Mobil Belum Terwujud, Dananya
Lari ke Saham

Sebagai langkah awal, kami mendatangi Bendahara KKS 2020—2021,
Muhammad Amal Syarifuddin untuk bertanya perihal dana pengadaan mobil. Menurut
penuturannya, uang yang terkumpul di masa jabatan Punggawa demisioner, Muhammad
Arizal Amir adalah berkisar EGP 130.000
yang berasal dari berbagai sumber, yaitu crowdfunding, proposal, donatur, dan kas Dewan Pengurus.

 

Untuk jumlah dana crowdfounding
sendiri, menurut laporan tertulis pada Kamis, 17 Juli 2021, crowdfunding
yang menjadi sumber dana terbesar dalam pengadaan mobil ini berhasil mengumpulkan
dana sebesar EGP 88.466 yang berasal dari sumbangan tunai maupun transfer
dari  warga KKS, simpatisan dari
Indonesia, bahkan ada juga sumbangan dari anggota kekeluargaan lain. Adapun
sisanya berasal dari proposal, sumbangan senior-senior KKS, dan uang Fokat 2021,
yang menurut  penuturan Amal, sebagiannya
dialihkan ke kas mobil.

 

Ia juga menyatakan bahwa estimasi dana yang ditargetkan adalah
kisaran EGP 300.000, sementara untuk penjelasan lebih lanjut perihal dana mobil
ini, ia hanya mengarahkan kami untuk meminta langsung ke Bendahara KKS saat ini,
karena ternyata pengelolaan dana tersebut telah dialihkan ke pengurus sekarang.

 

Hal senada disampaikan oleh Arizal Amir saat kami tanyai
terkait kepastian hal tersebut. Bahwa, katanya, pada Selasa 15 Februari 2022 semua
dana pengadaan mobil yang terkumpul–yang mulanya ia pegang—telah diserahkan
kepada Dewan Pengurus (DP) saat ini.

 

Kami pun kemudian mendatangi Punggawa 2021—2022, Muhammad
Syahran Hidayat untuk mendapatkan penjelasan tentang keberadaan dana pengadaan
mobil ini. Ia membenarkan bahwa  memang sekarang
dana tersebut dikelola oleh DP tahun ini.

 

Namun, sebagian dari dana tersebut—menurut
penjelasan Punggawa saat ini—
telah digunakan untuk
renovasi dan pembelian saham Layalindo, di mana spesifikasi dana yang
dipakai—dari laporan Hari Bakti selaku Bendahara KKS saat ini—adalah EGP 12.000
untuk pembelian TV dan lainnya, EGP 17.550 untuk pembelian saham Layalindo, dan
EGP 20.000 pembenahan dan renovasi Layalindo. Jika ditotal, dana pengadaan
mobil yang alokasinya dialihkan ke Layalindo berjumlah EGP 49.550.

 

“Ketika saya datang di sini (red—Layalindo), saya pikir Layalindo itu punya KKS 100%, ternyata
dananya itu terpecah-pecah, dan KKS cuma dapat sedikit, yaitu 35%. Bahkan ada
anggota yang keuntungannya sama dengan KKS. Kalau begini caranya, 70 tahun
belum pi bisa apa-apa orang,
akhirnya
kesepakatan setelah berunding dengan DPA (red-Dewan Pengawas Anggota), maka
dipakailah uang mobil, juga dari uang DP sebagian,” ungkap Syahran. Lantas, mengapa menggunakan
dana pengadaan mobil?

 

Syahran menjelaskan bahwa ini merupakan upaya
memaksimalkan fungsi Layalindo sebagai suksesor proyek mobil yang mana keuntungannya
akan dimasukkan ke tabungan dana pengadaan mobil.
Menurut penuturannya, 100% keuntungan
Layalindo yang sahamnya telah menjadi kepunyaan KKS sepenuhnya, akan dimasukkan
ke kas pengadaan mobil. Dengan cara seperti ini, menurutnya, mobil diperkirakan
akan dapat terealisasikan dalam jangka 4—5 tahun.

 

Ia juga menegaskan bahwa meskipun punggawa terpilih selanjutnya
enggan melanjutkan proyek mobil ini, ia tidak boleh  menyentuh dan mengalokasikan keuntungan
Layalindo ke arah yang lain, karena dana tersebut sepenuhnya ditargetkan untuk
pengadaan mobil.

 

Cita-cita Punggawa
Demisioner Beban untuk DP Saat Ini?

Dalam wawancara bersama kru Wawasan pada Senin, 28 Maret
2022, Arizal menjelaskan bahwa merupakan aib bagi pengurus ke depannya jika
tidak melanjutkan cita-cita ini.

 

Syahran sendiri menuturkan tatkala ditanyai perihal kelanjutan
cita-cita ini, “Mengenai goals, saya sendiri masih pesimis tahun ini mobil
bisa terealisasi.” Ia menjelaskan bahwa ia memang tidak memiliki arah untuk
menyelesaikan proyek tersebut di masa jabatannya, karena kas mobil saat ini
bahkan belum mencapai 50% dari total yang ingin dihasilkan, dan hal itu memang
bukan prioritas utamanya.

 

Ia juga menambahkan, menurutnya, pengadaan mobil—sebagai
usaha mandiri KKS—merupakan ide yang kurang menjanjikan dikarenakan sifatnya
yang musiman. Meski demikian, Ia menyatakan akan tetap membantu menyukseskan pengadaan
mobil ini. Seperti uang-uang maba, juga dana pembangunan WC ia sisihkan sebagian
ke kas mobil.

 

Hanya saja, wujud bantuan yang ia beri hanya dengan
menyisihkan kelebihan dana dari program yang ia prioritaskan, karena
menurutnya, untuk saat ini masih banyak hal lain yang perlu dibenahi selain
realisasi mobil.

 

Meski begitu, Syahran mengaku setuju dengan cita-cita Punggawa
demisioner dalam konteks sebagai pengadaan pendapatan mandiri untuk KKS. Ia
juga mengatakan bahwa adanya rencana pengadaan mobil untuk KKS kelak akan
sangat membantu keuangan organisasi, melihat keadaan bahwa KKS tidak bisa
selalu bergantung pada donatur.

 

Ketidaksetujuan Warga,
Karena Keadaan atau Hanya Pesimis?

“Menurut saya, aib sekali kalau ada organisasi sebesar
kekeluargaan KKS, tidak punya penghasilan sendiri,” tutur Punggawa demisioner
saat diwawancarai oleh kru Wawasan. Ia juga menjelaskan bahwa pemilihan mobil
sebagai sarana penghasilan mandiri telah melewati beberapa pertimbangan sebelum
ditetapkan.

 

Program yang dicanangkan pada tahun 2020 ini memang sempat
menuai berbagai pro dan kontra di kalangan warga KKS. Hal tersebut pun diamini
oleh Arizal, yang mengakui bahwa ada beberapa warga yang tidak setuju pada ide
pengadaan mobil, tetapi tidak memberikan alasan atas ketidaksetujuannya.

 

Bahkan, ia juga tidak memungkiri bahwa tidak semua anggota
DPA setuju dan malah justru pesimis atas realisasi ide tersebut. Padahal alasan
ia mencetuskan pengadaan mobil adalah agar KKS memiliki aset yang bisa
dijadikan sebagai media penghasilan mandiri.

 

Ketika hal ini ditanyakan kepada Syahran, ia mengatakan  bahwa memang ada beberapa warga yang tidak
setuju, alasannya bukan karena  idenya
melainkan tidak setuju dengan kondisinya, di mana pada saat ini alokasi
keuangan akan lebih baik dan ideal jika dikeluarkan pada bidang kesehatan warga
KKS.

 

Warga Masih Harus Bersabar

Meski berhasil mengumpulkan dana yang sangat besar, nyatanya
jumlah tersebut belum mampu mencapai target. Keseluruhan dana yang terkumpul bahkan
baru mendekati setengah dari tujuan. Hingga kepengurusan periode ini mendekati
akhir, kuantitas dana tersebut pun masih belum mengalami kemajuan yang
signifikan.

 

Satu-satunya hal yang bisa menjadi kabar baik adalah
eksistensi Layalindo yang sahamnya kini telah diakuisisi sepenuhnya oleh KKS,
dengan jaminan bahwa 100% keuntungan dari Layalindo akan difokuskan untuk
proyek perealisasian mobil KKS.

 

Arizal sendiri selaku pionir proyek ini mengatakan bahwasanya
pengadaan kendaraan roda empat itu telah dilanjutkan oleh DP tahun ini. Meskipun
begitu, ia beserta DPA akan tetap mengawal setiap usaha untuk mewujudkan
cita-cita yang ia usung.

 

Sepertinya, warga KKS masih harus menunggu lebih lama lagi akan
terwujudnya janji yang telah menggantung selama setahun lebih. Namun, sampai
kapan?

 

(Tim Investigasi Wawasan: Aisyah, Sakinah, Alief)

Artikel Terkait