Indonesian Games (Gambar: dok. Panitia) |
Wawasan, Kairo-Indonesian
games adalah ajang perlombaan olahraga yang diadakan oleh Persatuan Pelajar
Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir. Bertujuan untuk mempererat tali
silaturahmi bagi Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir), serta menjadi wadah tiap kekeluargaan untuk berlomba dalam berbagai
macam cabang olahraga. Diikuti oleh 16
kekeluargaan, dengan total 1.200 peserta dari 8 cabang olahraga yang tersedia.
Indonesian games otomatis menjadi ajang yang notabene terbesar jika dibandingkan
dengan kegiatan Masisir yang lainnya.
Kegiatan
yang sempat ditunda pada tahun 2020 dikarenakan pandemi ini , akhirnya berhasil
diadakan pada 10 November 2021 dan
mendapat respon yang baik dari para partisipan. Setelah melalui beberapa proses,
akhirnya delapan cabang lomba bisa terealisasikan. Acara ini sukses menarik
perhatian enam belas kekeluargaan serta ikut
andil dalam memeriahkan.
Namun
dibalik kesuksesan serta berbagai pencapaian yang diraih Indonesian Games,
muncul banyak isu skeptis juga berbagai pertanyaan yang mengacu pada hal-hal
yang menodai ekspektasi publik sehingga
memerlukan beberapa transparansi.
Tim wawasan
sendiri dengan atensi untuk menciptakan transparansi itu, menuliskan artikel
ini dengan maksud menjawab keraguan serta berbagai pertanyaan awam perihal
Indonesian Games.
Pertandingan Sepak Bola (Gambar: dok. Wawasan) |
Penundaan yang Terus-menerus
Acara yang
dijadwalkan selesai tanggal 25 november terus saja mengalami pengunduran hingga
sampai sekarang dan belum menuai kejelasan. Sehingga secara implisit menimbulkan pertanyaan masyarakat perihal
ketidakkompetenan panitia dalam menanggulangi acara sebesar Indonesian Games.
Namun hal itu coba dijelaskan oleh Azka Sabilirrasyad yang merupakan Ketua Bagian Acara Indonesian Games yang memaparkan beberapa
faktor yang menyebabkan keterlambatan dan ket idakjelasan tersebut. Kesulitan menemukan lapangan yang diwarnai dengan
beberapa peristiwa tak mengenakkan sepeti di-prank pihak lapangan merupakan salah satu faktor terjadinya
pengunduran.
“Jadi kita sebenarnya sudah fix sama tajammu awal, kita sudah daftar dan mereka sudah iya. Lah kok ternyata pihak
tajammu awal minta kita menghubungi National Security (NS), kita hubungilah
kesana, ketika sudah kesana NS sudah oke, tapi yang terjadi malamnya kita ditelepon pihak lapangan diminta besok disuruh kesana sedangkan besok itu
sudah tanding, akhirnya tengah malam kita putuskan membuat pamflet pertandingan ditunda,” jelas Azka.
Dalam sesi
wawancara itu Azka juga menjelaskan bahwa pertandingan sepak bola yang akhirnya
diadakan di Nadi Moyah ini juga mengalami kemunduran dan penundaan yang juga
berdampak pada mundurnya jadwal penutupan dikarenakan pihak panitia yang
menyesuaikan jadwal pertandingan dengan agenda booking lapangan yang baru.
Alokasi Sumbangsih MPR
“Jadi wakil
MPR datang ke Mesir dengan misinya tertentu misi pribadinya, kemudian kami dari
panitia tidak menyia-nyiakan kesempatan
ini, jadi kami mengundangnya,” ungkap Luthfan selaku Menteri Koordinator (Menko) Tiga PPMI Mesir.
Ia juga
mengonfirmasi bahwa ada suntikan dana segar sebanyak 2000 USD yang
diberikan Ahmad Muzani, Wakil Ketua MPR yang hadir pada saat itu. Dengan amanah
untuk menyalurkan masing-masing 100 USD pada setiap kekeluargaan yang mengikuti turnamen sepakbola.
Itu artinya setiap panitia harus
mengeluarkan setidaknya 1.200 USD dollar untuk 12 kekeluargaan yang
berpartisipasi dalam cabang olahraga tersebut.
Pertanyaan
kembali muncul perihal pendistribusian dana pada setiap tim yang masih belum
terealisasi hingga saat ini. Namun kekhawatiran ini dijawab oleh Luthfan bahwa
dana yang diterima akan didistribusikan
pada setiap peserta cabang olahraga sepak bola setelah seluruh rangkaian acara
Indonesian Games selesai.
Pertandingan Sepak Bola (Gambar: dok. Wawasan) |
Harga Tiket yang Tak Menentu
Harga tiket
lapangan menjadi polemik yang unik dalam ajang ini, di mana tidak sedikit orang
menyatakan ketidaknyamanan juga kekhawatiran perihal ketidaktentuan juga
kenaikan harga tiket dari hari pertama hingga hari terakhir ini. Ditambah dengan
ketidaksinkronan biaya yang tertera di karcis dengan nominal yang ditetapkan
panitia.
Seorang supporter menjelaskan bahwa di hari pertama ia datang di lapangan harga yang
diberikan padanya hanyalah 10 pound Mesir, dan yang menjaga pada saat itu
hanyalah pihak lapangan yang merupakan orang-orang asli Mesir. Namun di hari berikutnya harga tiket telah
mengalami peningkatan dan berada di angka 15 pound Mesir, dan saat itu sudah
ada panitia yang ikut berjaga di tempat pembayaran karcis.
Hal ini
kembali coba dijelaskan oleh Luthfan bahwa pada dasarnya harga tiket yang
dicanangkan oleh pihak lapangan adalah 25
pound Mesir. Namun setelah melalui berbagai proses diplomasi angka itu
berhasil diturunkan oleh panitia hingga 10 pound Mesir. Sedangkan kenaikan 5
pound dari kesepakatan awal merupakan inisiatif dari pihak penyelenggara itu
sendiri dan disalurkan ke akomodasi kepanitiaan.
Ia juga
menjelaskan bahwa proses diplomasi tersebut juga mencakup biaya penyewaan
lapangan yang pada awalnya mencapai angka 75.000 untuk penyewaan 26 jam secara
keseluruhan, namun berhasil diturunkan hingga mencapai 17.000 untuk jumlah jam yang sama.
Latar
belakang penambahan nominal tiket lapangan ini diakui Azka sebagai salah satu
langkah untuk menutupi kekurangan dana dalam pelaksanaan Indonesian Games ini. Di samping pangadaan bazar dan
uang registrasi per-kekeluargaan berjumlah 100 pound Mesir
per-cabang olahraga.
Azka pun
mengakui bahwa dana sampai saat ini merupakan momok bagi panitia. Di mana
estimasi mereka pada awalnya adalah 90.000 pound Mesir. Ini benar-benar jauh
dari anggaran dana Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja Organisasi (RAPBO) yang
hanya mencapai 30.000.
Namun ia
juga mengucapkan begitu banyak syukur dengan hadirnya beberapa nama-nama besar
seperti K.H. Ahmad Muzani dan Yusuf Mansur yang hadir di Mesir bertepatan dengan
diadakannya kegiatan ini, yang pada akhirnya memberi
dukungan, baik dalam bentuk moral ataupun materi.
Menko 3 sendiri membenarkan bahwa pengadaan acara Indonesian Games ini
merupakan sesuatu yang cukup berat dan kecil kemungkinan diadakan tiap tahun
dikarenakan akan berdampak pada efisiensi dan keefektifan alokasi dana dan
kinerja PPMI yang bertanggung jawab di tahun tersebut. Pernyataan di atas secara tidak langsung menjelaskan betapa keras perjuangan
panitia dalam menyukseskan acara Indonesian Games ini. Namun di sisi lain juga
menimbulkan isu skeptis perihal urgensitasnya.
Meski begitu
Luthfan secara pribadi tetap percaya diri perihal
pelaksanaan ajang olahraga untuk termin dua yang rencananya akan mengarah pada
salah satu antara Asian Games atau Piala Presiden.
Indonesian Games untuk Masisir
Menjadi
panitia dan penyelenggara ajang sebesar Indonesian Games merupakan sebuah
kehormatan sekaligus tanggung jawab yang
besar. Sekiranya itulah yang diungkapkan oleh Azka Sabilirrasyad dalam sesi
wawancara bersama kru media Wawasan pada hari Minggu (28/11/2021) di Wisma Nusantara. Ia juga mengatakan bahwa bisa ikut andil dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah tantangan baginya dan kawan-kawan panitia
lainnya.
Ia pun
memandang Indonesian Games bukan hanya sekadar turnamen ataupun penyaluran
euforia saja, tapi juga sebagai ajang pendidikan bagi para Masisir tentang
loyalitas baik dalam ruang lingkup kekeluargaan maupun di luarnya. Yang pada
dasarnya menegaskan kembali bahwa kita semua adalah keluarga yang tak sedarah, dan juga mengingatkan kita bahwa dalam perantauan di negeri orang yang
dipenuhi dengan rintangan ini, kita tidak pernah sendiri.
(Aisyah, Ichsan, Azhar)