Darurat Pelecehan (Gambar: swararahima.com) |
Wawasan, Kairo- Pelecehan terhadap Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) semakin marak terjadi,
terutama pada mahasiswi. Buktinya laporan yang masuk kepada Dewan Keamanan dan Ketertiban Masisir
(DKKM) PPMI Mesir semakin banyak.
Hal ini diduga sangat mempengaruhi mental Masisir itu sendiri, bahkan korban-korban merasa syok dan membutuhkan waktu yang
lama untuk bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.
Hal tersebut membuat banyak pertanyaan yang muncul, apa saja
kasus-kasus pelecehan terhadap Masisir? Apa yang menyebabkan darurat pelecehan
tersebut? Juga bagaimana sikap KBRI Kairo dalam mengatasi masalah ini?
Kasus-kasus Pelecehan yang Terjadi Terhadap Masisir
Laporan terus masuk pada hotline DKKM PPMI Mesir, hingga pada akun
instagram @dkkm_ppmimesir memaparkan beberapa kasus pelecehan yang terjadi
baru-baru ini.
1. Pada Senin (24/5) salah satu akhwat dibekap dan dilecehkan di
belakang Masr wa Sudan
2. Pada Sabtu (22/5) terjadi pelecehan terhadap akhwat oleh
pegawai salah-satu mini market di Hay Sabik
3. Pelecehan yang dilakukan oleh pria Mesir yang selalu mangkal di
Mahatta Hay Sabik
4. Sopir tramco yang sering melecehkan penumpangnya
5. Pria Mesir juga kerap melecehkan akhwat di sekitar Solo Optik
di Hay Sabik.
Kasus-kasus di atas merupakan laporan yang baru-baru ini terjadi
kemudian dilaporkan oleh Masisir kepada DKKM, dan kasus-kasus tersebut diduga
masih sangat sedikit dari kasus-kasus yang terjadi di seluruh kalangan Masisir.
Apalagi kasus tersebut baru hanya sekitaran daerah Hay Sabik, belum lagi
kasus-kasus yang ada di Bawwabat dan sekitarnya.
Penyebab Darurat Pelecehan
Terkait penyebab terjadinya pelecehan tersebut, Wawasan telah
berhasil mengambil informasi dari Prawita Andaresti Kasmadi selaku Ketua Wihdah
PPMI Mesir. Prawita mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada teman kuliahnya
yang merupakan orang Mesir mengenai pelecehan terhadap wafidat
(warga asing), padahal menurutnya, dari segi pakaian wafidat
bahkan lebih tertutup dari wanita Mesir.
Temannya tersebut menjawab, alasannya adalah karena wafidat
lemah dari segi fisik, wafidat tidak memiliki wali, dan tidak memiliki posisi yang kuat dalam
membawa perkara ini ke hukum di negeri ini. Sehingga pelaku menganggap wafidat remeh,
dan dijadikan sasaran empuk untuk kejahatan seperti ini.
Selain itu, Prawita sendiri menyampaiakan bahwa ia yakin ada
banyak mahasiswi yang sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menjaga keamanan
dirinya. Namun ada juga sebagiannya lagi yg masih kurang bijak dalam
berprilaku. Baik di jalanan umum, maupun di media sosial. Karena ketidakhati-hatian
ini dilakukan oleh sebagian orang, yang akhirnya kejadian buruk bisa menimpa yang
lain (yang sudah berusaha menjaga keamanan dirinya).
Di sisi lain, himbauan-himbauan dari DKKM sudah disebar ke
mana-mana, namun sayangnya masih banyak yang menyalahi himbauan tersebut.
Utamanya himbauan agar tidak berjalan di luar rumah sendirian, khususnya
akhwat.
Tidak hanya itu, selain DKKM yang bisa membantu dalam pelayanan
untuk menghindari terjadinya pelecehan, Banser pun juga menyediakan Layanan
Banser Siap Siaga. Tapi lagi-lagi masih banyak pelecehan yang terjadi.
Pandangan Berbagai Pihak
Terhadap KBRI Kairo dalam Darurat Pelecehan Ini
Terkait banyaknya pelecehan yang terjadi, pihak KBRI Kairo dinilai
lemah dalam menuntaskan masalah-masalah tersebut.
Salah satu contoh yang sudah menjadi rahasia umum yaitu tanggapan Koordinator
Fungsi Protokol dan Konsuler (Protokons), Iwa Mulyana di grup Satgas PWNI
Kairo, tanggapan tersebut sudah tersebar di kalangan Masisir melalui tangkapan layar.
Tangkapan Layar Grup Whatsapp Satgas PWNI Kairo |
Dalam tangkapan layar tersebut, terlihat Iwa menyerahkan tanggung jawab pelaporan kepada pihak yang mengirimkan foto lokasi kejadian, dengan menyuruh mereka melaporkan langsung ke pihak kepolisian, tanpa ditemani oleh pemerintah perwakilan Indonesia di KBRI Kairo.
Tanggapan Iwa tersebut sangat disayangkan oleh berbagai
pihak. Baik itu dari PPMI Mesir, DKKM, maupun Masisir yang lainnya.
Pada Selasa (25/5), Iwa mengungkapakan pada kru Wawasan bahwa ia
sudah menjelaskan kepada pihak PPMI Mesir mengenai tanggapannya tersebut dan menyatakan bahwa PPMI sudah
memahaminya.
Akan tetapi, Farhan Aziz Wildani selaku Presiden PPMI
mengungkapkan bahwa mau gak mau harus ada andil atau terjun tangan KBRI Kairo
disitu, apalagi permasalahan ini bukan permasalahan sepele, terutama akan
menyangkut kepada mental teman-teman mahasiswi.
“Maka kalau dari saya pribadi, tetap memohon kepada bapak-bapak
KBRI yang memang mempunyai tanggung jawab dalam hal tersebut, agar kiranya bisa
bersinergi bersama dalam menyelesaikan (masalah-masalah tersebut),” ungkap
Farhan pada Selasa (25/5).
Selain itu, Wakil Ketua DKKM, Mujahid Sam Dzul Fiqar juga sangat
menyayangkan tanggapan dari KBRI, karena menurutnya, pihak yang seharusnya
mendampingi Warga Negara Indonesia di Kairo untuk menangani masalah keamanannya
malah memberikan tanggapan seperti ini.
Mujahid menambahkan, pihak DKKM hanya meminta agar pihak KBRI Kairo ikut serta bersinergi di lapangan, karena ketika mahasiswa yang datang langsung ke kantor polisi sangat
lemah di mata hukum dibandingkan pihak sifarah
(utusan) dari KBRI yang datang.
“Saya sangat menyayangkan itu, ketika pihak Protokons dalam hal ini pak Iwa Mulyana memberi tanggapan seperti itu, kesannya, lu urus aja sendiri
lapor aja,” ungkap Mujahid kepada Kru Wawasan pada Selasa (25/5).
Ramadhan Sutan selaku Home Staf Pelaksana Fungsi Protokons menolak
anggapan jika pihak Protokons sudah tidak peduli dengan keamanan Masisir.
Ramadhan memberi klarifikasi bahwa pihak KBRI akan menindaklanjuti
kasus yang dialami oleh teman-teman, namun mereka memerlukan rinci dari
kejadian tersebut. Untuk itu, mereka memerlukan informasi lengkap, termasuk mahdar
supaya kita bisa follow-up kepada pihak terkait dengan akurat dan efektif.
“Dalam kaitan ini, saya sudah berhubungan dengan Bang Afkar,
Sekertaris Jendral PPMI untuk langkah-langkah yang perlu ditempuh. Insyaallah
siang ini kita ketemu dengan Tim Pengacara untuk membahas tindakan seanjutnya,”
tambah Ramadhan.
Namun, sejalan dengan pernyataan Farhan dan Mujahid, Prawita
sebagai Ketua Wihdah PPMI Mesir juga menyampaikan bahwa ia turut prihatin
membaca tanggapan dari Koordinator Fungsi Protokons tersebut, ia mengira bahwa
mungkin Iwa Mulyana lagi sibuk dengan urusan lain, jadi membalas hanya seadanya.
“Kami ingin hal ini bisa dibawa ke ranah ke yang lebih atas lagi
selain hanya kami seonggok mahasiswa. Karena level kami jauh dan minim
pengalaman jika harus mengurus secara pribadi mahasiswa. Kalau sudah diurus
sama pejabat yg levelnya setara dgn negara kan pasti jadi poin lebih untuk
ditilik kasusnya oleh aparat setempat. Setidaknya keliatan lah Indonesia tidak
hanya menunjukkan gingsulnya, tapi juga taringnya,” tambah Prawita.
Prawita sendiri juga sangat berharap perlindungan WNI atau peduli
WNI bisa dirasakan dalam kasus pelecehan yang semakin parah tiap harinya. Ia
yakin aset bangsa yang diremehkan oleh oknum negeri lain mampu meresahkan
pikiran kita semua, terlebih bapak dan ibu pejabat pemerintahan. (Arman)