Al-AzharMasisirPPMIpusibaWawancara

Pandangan Wakil Presiden PPMI Mesir Terkait Membeludaknya Masisir

 

Wakil Presiden PPMI Mesir (Gambar: instagram rifkybinmulyadi)

Wawasan, Kairo- Kuantitas Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir)
saat ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan. Tentu, dengan populasi yang
semakin banyak maka semakin kompleks pula permasalahan yang ada. Dan pula menurut
sebagian orang, dengan kuantitas yang semakin banyak ini berdampak pula dengan
kemerosotan akhlak dan adab dari Masisir itu sendiri. Kali ini Kru Wawasan pada
Rabu, (28/10/2020) berkesempatan untuk mewawancarai Rifki Ramdhani, Wakil
Presiden PPMI Mesir, untuk mengetahui lebih dalam pandangan terkait kuantitas
Camaba yang membeludak ini.

 

Kira-kira menurut Anda sebagai perwakilan
dari PPMI, apa yang menyebabkan membeludaknya Masisir saat ini?

Yang pertama, karena memang Mesir tempat
belajar yang pas. Sebagaimana pun banyak kritikan kepada Mesir ataupun kepada al-Azhar
dari berbagai oknum, tetap al-Azhar itu sebagai pilhan kawan-kawan khususnya
Indonesia untuk melanjutkan pendidikan.

Alasan yang kedua, karena memang dari al-Azhar
sendiri tidak membatasi siapapun yang mau belajar ke al-Azhar, dan juga
pemerintah Mesir sudah mulai membuka dan memudahkan kedatangan, akhirnya mulai
banyak yang datang kesini.

Yang ketiga, mungkin juga yang membuat
teman-teman mau ke Mesir adalah kehidupan yang bisa tergolong terjangkau bagi
banyak kalangan, dibanding negara-negara lain yang termasuk ke dalam belajar di
luar negeri.

 

Apakah dampak yang dapat timbul dari membeludaknya
Masisir?

Tentu kita akan berbicara dampak positif dan
negatif.

Dampak positifnya yang pertama, kita semakin
punya banyak stok ulama, dan semakin banyak yang paham tentang agama sesuai apa
yang diajarkan Rasulullah. Kemudian yang kedua, anak bangsa semakin banyak yang
bisa merasakan nuansa luar negeri, bergabung dengan kultur luar negeri, jadi
anak bangsa mulai bisa bertukar pengalaman, sehingga ketika pulang di Tanah Air,
pemuda ataupun penerus bangsa ini punya wawasan yang luas. Kemudian yang ketiga,
Indonesia bisa dikenal oleh banyak negara, ketika hal itu terjadi, maka itu hal
yang baik bagi Indonesia sendiri, terlepas hal-hal lain yang akan datang
setelahnya.

Kemudian dampak negatifnya, mungkin semakin
banyak orang, pasti akan semakin berat untuk meregulasi, apalagi di Mesir
terpusat di Kairo. Kita tidak bisa menyalahkan pribadi atau dari mana, karena
itulah budaya-budaya mereka yang mereka bawa kesini, jadi kita punya kebudayaan
sendiri yang berbeda. Kemudian yang kedua, biaya hidup, karena tentu setiap
negara membaca peluang, ketika banyak mahasiswa asing  dan sebagainya, dibayangan warga Mesir
mungkin, ini orang luar punya banyak uang, padahal tidak demikian, akhirnya
mungkin sewa rumah kemudian kebutuhan-kebutuhan lainnya mungkin semakin susah.
Kemudian yang ketiga, muamalah antar satu sama lain, muamalah yang seharusnya
kita tunjukkan mungkin tidak bisa kita contohkan secara menyeluruh, dan mungkin
bagi kita biasa tapi bagi orang lain tidak biasa, standar kebiasaan itulah yang
susah kita gabungkan satu persepsi.

 

Selanjutnya menyinggung muamalah, banyak
pihak yang menuding muamalah atau adab Masisir sudah luntur, apakah salah
satunya karena kuantitas ini?

Masalah adab kembali lagi ke barometer
seperti apa yang kita gunakan, tapi menurut saya, ini juga bisa menjadi pesan
bagi kawan-kawan baru ataupun yang tidak begitu lama di Mesir, agar
banyak-banyak mengaji kepada para masyaikh kita. Karena jika hanya
mengandalkan rangkulan dari senior atau PPMI itu tidak cukup, tetapi keinginan
dari pribadi untuk ingin tahu bagaimana sih akhlak yang baik, yaitu
dengan salah satunya mengaji.

 

Misalnya, Anda diberi kesempatan untuk menyuarakan
atau diberikan ranah untuk pembatasan calon mahasiswa baru, bagaimana sikap Anda?

Saya setuju dengan kata-kata pembatasan,
tapi pembatasan di sini bukan seperti ‘jangan banyak-banyak ke Mesir’, bukan
hanya ucapan, tapi pembatasan di sini mungkin kualitas dari tes yang dilakukan,
karena saya setuju dengan pemerintah Indonesia, dengan membuat regulasi sebelum
ke Mesir anda-anda harus tes dahulu di Kemenag, taru lah sekarang tes dahulu di
Pusiba, saya setuju dengan hal itu, karena untuk mengirim anak-anak bangsa,
kirimlah yang terbaik. Jadi kalau saya dikasih kesempatan untuk berbicara
pembatasan, saya setuju dengan kalimat pembatasan, tetapi dengan catatan bahwa
orang-orang yang kita kirim ke Mesir ini, melewati tes yang benar-benar
berkualitas. Saya tidak mengatakan sekarang tidak berkualitas, tetapi mungkin
kita tingkatkan lagi kualitasnya, karena semakin banyak peminatnya ini, supaya
yang benar-benar ke Mesir sudah matang.

 

Adanya pernyataan dari Dirut Pusiba yang
mengatakan bahwa tidak ada yang berhak membatasi orang-orang untuk belajar,
bagaimana menurut Anda sebagai perwakilan Masisir?

Jelas, saya sendiri sepakat dengan
pernyataan tidak ada hak membatasi. Membatasi di sini kalau saya pahami mungkin
menghadang atau melarang, tapi kalau pembatasan seperti yang kita katakan di
awal seperti melakukan tes yang baik itu beda batasan. Saya sepakat, bahwa kita
tidak punya hak untuk melarang orang-orang ke Mesir, bahkan salah satu hal yang
digaungkan oleh al-Azhar adalah kesetaraan bagi seluruh umat manusia untuk mendapatkan
hak pendidikan dan pengetahuan. Oleh karenanya, al-Azhar gratiskan semua
kuliahnya. Itu sebagai bentuk tidak langsung al-Azhar ingin menyatakan bahwa
semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

 

Kira-kira bagaimana cara mengendalikan
kuantitas Masisir agar sejalan dengan kualitasnya?

Kita butuh kerja sama, sinergitas dari
berbagai elemen Masisir, karena ketika kita berucap tentang PPMI Mesir, itu
bukan hanya tentang DP (Dewan Pengurus), PPMI Mesir itu ya MPA, ya BPA, kekeluargaan,
almamater, semuanya untuk mengendalikan kuantitas Masisir ini. Adapun
kumpulan-kumpulan elemen yang ada di Masisir ini, ketika kita mampu bersinergi
dengan baik, insya Allah, kuantitas yang banyak pasti akan menghasilkan
kualitas yang terbaik juga. Tetapi ketika kita saling mengopor tanggung jawab,
mungkin ini yang akan susah untuk mencapai kualitas yang baik.

 

Apa yang ingin Anda sampaikan kepada
pemangku kebijakan dalam hal ini seperti OIAA atau Pusiba dalam regulasi calon
mahasiswa untuk ke sini?

Yang pertama, mari kita bermuhasabah dulu,
bahwa keinginan al-Azhar membuka kebebasan bagi setiap orang itu adalah bahwa
setiap orang baik kaya maupun miskin, dari Afrika, Asia, Eropa semuanya itu
bisa mendapatkan hak-hak pendidikan yang layak.

Yang kedua, karena kita sudah sama-sama
menyepakati ada pembatasan maksudnya kita ingin membatasi kawan-kawan yang
ingin ke Mesir supaya di tes dulu, saya ingin menyampaikan tes lah dengan
kualitas tes yang expert supaya yang datang ke Mesir memang benar-benar
berkualitas, saya tidak mengatakan teman-teman yang sudah datang tidak melalui
tes yang berkualitas, sudah berkualitas, tapi karena ditingkatkan lagi, semakin
baik semakin hebat.

Yang ketiga adalah, mugkin bisa juga
menengok kondisi kita disini, dalam artian membatasi sudah mantap tetapi ada
beberapa kendala yang ada di Mesir seperti urusan visa, keamanan, kesehatan dan
juga sebagainya, mungkin pemerintah Indonesia dalam hal ini bisa memperhatikan
kita. Kami adalah utusan bangsa yang kelak akan kembali ke Indonesia untuk
memajukan Indonesia.

 

Terakhir, apakah Anda punya pesan untuk
calon mahasiswa yang masih di Indonesia?

Yang pertama, siapkan mental untuk ke Mesir,
karena yang datang ke Mesir itu orang-orang hebat semua, yang terbaik dari
setiap pesantren dan sekolah, di sini kita akan bersaing, karena banyak sekali
santri-santri terbaik ketika datang ke Mesir bertemu dengan santri terbaik
lainnya menjadi minder.

Yang kedua, persiapkan bekal, baik dari segi
bahasa kemudian pengetahuan-pengetahuan umum tentang Mesir. Kemudian yang
ketiga, mungkin akhlak dan adab, alhamdulillah akhlak dan adab Indonesia itu
adalah akhlak dan adab yang sangat terbaik, nah tolong sampai di Mesir itu
jangan tinggalkan itu.

Kemudian pesan untuk teman-teman yang masih
ada di Indonesia adalah datang ke Mesir itu, jangan jadikan sebagai cita-cita
terakhir, jangan jadikan sebagai tujuan paling tertinggi, tetapi sekolah ke
Mesir merupakan salah-satu langkah untuk sampai kepada cita-cita.

(Alman dan Ibnu Hajar)

Penulis

Artikel Terkait