La Galigo Band di Khatulistiwa Music Concert. (Maryam) |
Wawasan, Kairo- La Galigo
Band asal Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) untuk pertama kalinya tampil dalam Khatulistiwa Music Consert 2019 di American Future School, Nasr
City Sabtu (2/11)
Band asal Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) untuk pertama kalinya tampil dalam Khatulistiwa Music Consert 2019 di American Future School, Nasr
City Sabtu (2/11)
malam.
Setelah beberapa tahun, acara ini kembali hadir dengan tema “Khatulistiwa
Reborn”. “Tujuan acara ini untuk memberikan jaringan
yang luas dari seluruh komunitas di Mesir, khususnya mahasiswa Mesir (Masisir) sendiri,”
ujar Albi selaku ketua Khatulistiwa tahun ini.
Reborn”. “Tujuan acara ini untuk memberikan jaringan
yang luas dari seluruh komunitas di Mesir, khususnya mahasiswa Mesir (Masisir) sendiri,”
ujar Albi selaku ketua Khatulistiwa tahun ini.
La Galigo Band berkesempatan membawakan tiga buah lagu, di awal
penampilan mereka mempersembahkan sebuah lagu yang berjudul Bendera dari Coklat,
tujuannya menghadirkan suasana kebangsaan dalam pentas tersebut. Semangat
penonton mulai terbakar dan bersorak mengikuti irama lagunya. La Galigo juga
membawakan lagu Sang Penghibur milik Padi dan salah satu lagu dari Coldplay
berjudul Yellow.
penampilan mereka mempersembahkan sebuah lagu yang berjudul Bendera dari Coklat,
tujuannya menghadirkan suasana kebangsaan dalam pentas tersebut. Semangat
penonton mulai terbakar dan bersorak mengikuti irama lagunya. La Galigo juga
membawakan lagu Sang Penghibur milik Padi dan salah satu lagu dari Coldplay
berjudul Yellow.
Usai penampilan, mereka mendapatkan tepuk tangan dan pujian dari penonton
serta apresiasi besar dari ketua panitia. “Untuk penampilan tadi, La Galigo sudah
memukau sekali, sehingga teman-teman dan para penonton merasa sangat terhibur,”
kata Albi Wafa setelah menyaksikan penampilan dari La Galigo.
serta apresiasi besar dari ketua panitia. “Untuk penampilan tadi, La Galigo sudah
memukau sekali, sehingga teman-teman dan para penonton merasa sangat terhibur,”
kata Albi Wafa setelah menyaksikan penampilan dari La Galigo.
Hampir 2
bulan terhitung persiapan La Galigo Band untuk memeriahkan pentas kali ini. Tidak
hanya itu, ada saja kendala yang mengganggu masa pelatihan mereka.
bulan terhitung persiapan La Galigo Band untuk memeriahkan pentas kali ini. Tidak
hanya itu, ada saja kendala yang mengganggu masa pelatihan mereka.
“Ya bisa dibilang banyak, mulai dari masalah
dana untuk menyewa studio, alat yang tidak memadai, juga sering aja ada kendala
yang tiba-tiba mnghalangi latihan kami. Meskipun begitu, kami tetap berusaha
mengurangi sedikit demi sedikit kendalanya, contohnya membeli gitar, ketika belum bisa
membeli drum band, kami beli stiknya. Dari kami sendiri itu tidak menjadi beban,
sebab ini masalah hobi kami,” ujar Enriawan selaku ketua band kepada kru
Wawasan setelah pentas.
dana untuk menyewa studio, alat yang tidak memadai, juga sering aja ada kendala
yang tiba-tiba mnghalangi latihan kami. Meskipun begitu, kami tetap berusaha
mengurangi sedikit demi sedikit kendalanya, contohnya membeli gitar, ketika belum bisa
membeli drum band, kami beli stiknya. Dari kami sendiri itu tidak menjadi beban,
sebab ini masalah hobi kami,” ujar Enriawan selaku ketua band kepada kru
Wawasan setelah pentas.
Semua kendala
dan kesulitan semasa latihan terbayar ketika menjadi penampil pertama dalam acara
Khatulistiwa Reborn itu. “Pertama ya deg-degan, karena banyak senior
yang lebih hebat dan lebih profesional, salah satu contohnya dari Rumah Budaya Akar.
Dan juga Khatulistiwa vakum selema beberapa tahun tidak mempersembahkan (acara) seperti ini lagi. Ya, bisa dibayangkan bagaimana rasanya ketika kami menjadi penampil pertama, pasti ada rasa deg–degan meski kami tetap fokus terhadap tugas kami masing-masing.” Tutup Enri. (Fikran)
dan kesulitan semasa latihan terbayar ketika menjadi penampil pertama dalam acara
Khatulistiwa Reborn itu. “Pertama ya deg-degan, karena banyak senior
yang lebih hebat dan lebih profesional, salah satu contohnya dari Rumah Budaya Akar.
Dan juga Khatulistiwa vakum selema beberapa tahun tidak mempersembahkan (acara) seperti ini lagi. Ya, bisa dibayangkan bagaimana rasanya ketika kami menjadi penampil pertama, pasti ada rasa deg–degan meski kami tetap fokus terhadap tugas kami masing-masing.” Tutup Enri. (Fikran)