Indonesia adalah Negara yang memiliki kekayaan
yang sangat melimpah,dari kekayaan alam yang tertimbun serta kekayaan pariwisata
yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Di antara kekayaan pariwisata tersebut,
mungkin kita akan terpesona dengan salah satu lokasi pariwisata yang menjadi
andalan propinsi Sulawesi Selatan yaitu Tana Toraja.
terkenal dengan kekayaan budayanya. Kabupaten yang terletak sekitar 350 km
sebelah utara kota Makassar ini sangat terkenal dengan bentuk bangunan rumah
adatnya. Rumah adat ini bernama tongkonan yang menjadi satu ikon
kebanggaan Tana Toraja. Atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun
bertumpuk, namun saat ini sudah banyak yang menggantinya dengan seng. Tongkonan
ini juga memiliki strata sesuai dengan derajat kebangsawanan di masyarakat
seperti strata emas, perunggu, besi dan kuningan.
pemandangan alam yang sangat mengagumkan, mulai dari pemandangan batu grafit
dan jenis batuan lainnya serta pemandangan pegunungan yang menghijau. Dari
kejauhan, setelah melewati pasar Mebali akan terlihat pemandangan kawanan domba
ternak yang kontras dengan padang rumput hijau. Limpahan makanan di tanah
tropis ini semakin menegaskan bahwa Tana Toraja adalah tanah surga dengan
keindahan alam dan kekayaan budayanya.
Toraja, salah satunya adalah upacara adat Rambu Solo yaitu upacara pemakaman
jenazah yang sudah masyhur selama ini. Diantara keunikannya, kuburan bayi di atas
pohon Tarra di Kampung Kambira, Kecamatan Sangalla, sekitar 20 kilometer
dari Rantepao, yang disiapkan bagi jenazah bayi berusia 0 – 7 tahun. Meski
mengubur bayi di atas pohon Tarra itu sudah tidak dilaksanakan lagi sejak
puluhan tahun terakhir, tetapi pohon tersebut masih tetap tegak dan banyak
dikunjungi wisatawan.
Di atas
pohon Tarra yang buahnya mirip buah sukun dengan lingkaran batang pohon sekitar
3,5 meter itu, tersimpan puluhan jenazah bayi. Sebelum jenazah dimasukkan ke
batang pohon, terlebih dahulu pohon itu dilubangi kemudian mayat bayi
diletakkan ke dalam kemudian ditutupi dengan serat pohon Kelapa berwarna hitam.
Setelah puluhan tahun, jenazah bayi itu akan menyatu dengan pohon tersebut. Ini
menjadi satu daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Bagi masyarakat Tana Toraja, pohon tersebut
tetap dianggap sebagai tempat suci seperti anak yang baru lahir.
Pohon Tarra dengan Lingkaran Batang Pohon sekitar 3,5 meter, Tersimpan Puluhan Jenazah Bayi. |
Penempatan jenazah bayi di pohon ini juga
disesuaikan dengan strata sosial masyarakat. Makin tinggi derajat sosial
keluarga itu maka makin tinggi pula tempat bayi yang dikuburkan di batang pohon
Tarra tersebut. Bahkan, bayi yang meninggal dunia diletakkan sesuai arah tempat
tinggal keluarga yang berduka. Kalau rumahnya ada di bagian barat pohon, maka
jenazah anak tersebut juga akan diletakkan di sebelah barat.
Bagi sebagian pengunjung, ada berbagai event menarik yang bisa dinikmati di kawasan wisata ini, selain
upacara Rambu Solo, juga ada Rambu Tuka (pesta syukuran) yang
merupakan upacara tetap tiap tahun. Selain event tersebut, para pengunjung bisa
melihat dari dekat obyek wisata budaya menarik lainnya seperti penyimpanan
jenazah di penampungan mayat berbentuk “kontainer” raksasa dengan lebar 3 meter
dan tinggi 10 meter serta Tongkonan yang sudah berusia 600 tahun di Londa,
Rantepao.
pasar tradisional. Disini anda akan menemukan biji kopi khas Toraja (seperti Robusta
dan Arabica), buah-buahan seperti Tamarella atau Terong Belanda,
dan ikan mas. Selain pasar tradisional, kita juga wajib mengunjungi Batu
Tomonga yang artinya batu mengarah ke awan. Di tempat ini kita bisa melihat
banyaknya batuan vulkanik yang bermunculan dari hamparan sawah dan beberapa
batu raksasa yang membentuk gua-gua . Benar-benar pemandangan yang indah dan
menjadikan Tana Toraja terlihat subur dan hijau. Palawa adalah salah
satu tempat yang juga bagus untuk dikunjungi. Disana ada sebuah Tongkonan,
kawasan penguburan, dan tempat untuk melakukan upacara atau festival.
Batu Tomonga yang Menjulang ke Langit |
Luar biasa dan memuaskan, mungkin merupakan dua
padanan kata yang pantas menggambarkan kondisi Tana toraja. Luar biasa karena
daya eksotika alam yang sangat indah, memuaskan karena bisa menikmati suguhan
tradisi budaya warga setempat yang mungkin jarang kita jumpai di daerah manapun
di Indonesia.
berkunjung ke Tana Toraja ini memang mengakui eksotika pemandangan alam dan
kebudayaan setempat, namun di sisi lain, ada satu hal yang membuat hati penulis
pilu dan gundah. Di daerah tersebut, hampir tidak dijumpai simbol bahkan tempat
yang bernuansa islami. Bukan berarti karena sebagian besar kabupaten adalah
bagian dari daerah yang memiliki penduduk yang mayoritas beragama Kristen, akan
tetapi peran serta para dai yang seharusnya ikut andil dalam pembangunan ummat
di daerah tersebut perlu dipertanyakan. Bukankah Islam adalah agama penerang
bagi semua insan?
sudah sepantasnya merambah hingga ke daerah tersebut. Bagaimanapun Tana Toraja
adalah bagian dari bumi Allah. Sudah selayaknya daerah ini mendapatkan
perhatian lebih dari pihak yang berwenang, baik dari unsur pemerintah maupun
unsur cendekiawan muslim yang diharapkan
mampu menancapkan pilar-pilar keislaman di bumi Tana Toraja. Adalah keindahan
itu bukan untuk dipertuhankan, melainkan untuk disyukuri. Bukan waktunya lagi
semua keindahan itu harus di balut dengan kesan mistis semata.
Sumber :Dewan Redaksi Wawasan 2009-2010