Breaking News
Loading...

Sabtu, 25 Februari 2023

Ulasan Kinerja Kabinet Kolaboratif, Gubernur Kekeluargaan Angkat Bicara

 

Ilustrasi (Gambar: dok. Wawasan)

PPMI Mesir merupakan organisasi induk yang mencakup berbagai tatanan di kalangan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) baik itu Almamater, Senat Mahasiswa, ataupun Kekeluargaan. Yang mana adanya mengayomi serta menalangi setiap tatanan yang ia cakupi.

 

Namun, sebagai organisasi induk kinerja PPMI tentunya tak lepas dari sorotan. Khususnya pada fase ini,  melihat beberapa programnya yang tidak terlaksana, antisipasi masalah yang tidak optimal, serta pasifnya sang Nakhoda.

 

Wawasan pun mencoba mengumpulkan suara dengan menghubungi enam belas Gubernur Kekeluargaan tentang bagaimana kinerja PPMI di kepengurusan tahun ini. Di mana  beberapa dari mereka bersedia untuk memberikan tanggapan. Aspirasi tersebut pun coba dirangkum oleh Wawasan sebagai bentuk ulasan kinerja PPMI dari kacamata Kekeluargaan.   

                                                                                  

1. Banyak Ketidakjelasan dan Misorientasi

 

“Kalau saya lihat arahnya ke mana, dari nama kabinetnya  mereka menginginkan pergerakan berkolaborasi semuanya seperti banyaknya kegiatan yang diadakan,” ujar Wahyudi Maulana Hilmi, Gubernur  KMNTB ketika ditanya pendapatnya mengenai ke mana arah PPMI tahun ini.

 

Di sisi lain, Ihza Romadhona Harahap, Gubernur HMMSU mengklaim bahwa ia sendiri kebingungan melihat arah pergerakan PPMI tahun ini. Hal yang ia soroti adalah bagaimana PPMI lebih fokus ke eksternal, seperti pembentukan Ittihad ASEAN, juga membangun silaturahmi ke negara-negara tetangga. Namun, justru lupa ke internal sendiri.

 

Perspektif  ini bukannya tak berdasar. Ihza menuturkan bahwa hal ini bisa dilihat dari dua acara besar PPMI seperti Wisuda dan Nusantara Olympic yang bermasalah kemarin. Ia pun menyoroti kurangnya ketegasan PPMI dalam mengambil keputusan, khususnya Presiden.

 

Hal senada disampaikan Muhammad Rizki Abdillah, Gubernur GAMAJATIM. Ia merasa program PPMI yang fokus melebarkan sayap ke luar merupakan sesuatu yang patut diapresiasi. Namun jika berbicara masalah internal, dalam hal ini perangkulan Kekeluargaan, PPMI masih perlu dievaluasi.

 

Selain itu, Ihza juga mempertanyakan tidak adanya inisiatif dari PPMI untuk merangkul pun berkomunikasi dengan Kekeluargaan. Hal yang disoroti oleh Ihza adalah tidak adanya intensi dari PPMI untuk berkomunikasi dengan Kekeluargaan, khususnya pada momen pembatalan Nusantara Olympic untuk memberikan penjelasan terkait tidak jadinya event tersebut diadakan.

 

“Ketika Desember itu kita pikir gini, Kok enggak ada ini. Ibaratkan penjelasan tentang Nusantara Olympic. Ke mana ini, kok, tiba-tiba batal, udah. Itu kita bingung apa ini penyebabnya, apa gitu kan.”

 

Keluhan perihal komunikasi pun datang dari Daku Panca Putra, Gubernur KMM. Berbeda dengan Ihza, hal yang disoroti oleh Daku adalah tidak jelasnya jalur koordinasi dan komunikasi dari PPMI.

 

“Ketika warga bertanya PPMI ini kenapa begini, Kekeluargaan kenapa begitu? Kekeluargaan bingung untuk menjelaskan ke warga kenapa begitu. Karena selama ini ketika ada masalah, kita pun kebingungan untuk mencari validasi informasi ataupun siapa yang bertanggung jawab sebenarnya. Karena kadang yang hadir itu Ikram, kadang yang berbicara Auzikna, kadang yang ambil bagian itu Sekjen Fiqri Mirfaqo,” ujjarnya.

 

Hal senada juga disampaikan oleh Ponggawa KKS, Fiqrul Khalis Ukkas. Namun, tak seperti Gubernur lainnya, Fiqrul tidak hanya menyoroti jalur komunikasi dari PPMI saja, tapi juga sikap kooperatif dari Kekeluargaan itu sendiri.

 

“Di samping PPMI yang harus turun merangkul ke bawah, Kekeluargaan juga harus kooperatif dong untuk terbuka ke PPMI,”  ungkap Fiqrul, sembari menjelaskan bahwa dengan baiknya kerja sama antara PPMI dan Kekeluargaan maka aspek-aspek yang ingin dituju PPMI akan baik pula.

 

2. Manfaat PPMI dan Kekecewaan Kekeluargaan

 

Berbicara tentang manfaat yang dirasakan kekeluargaan, Wahyudi menjelaskan, menurutnya sangat banyak manfaat yang dirasakan KMNTB yang tak mungkin disebutkan satu-persatu, salah satunya adalah Career Expo.


 “Meskipun tak terasa secara langsung, tapi di masa-masa yang akan datang itu akan memberikan dampak ke mahasiswa lebih khusus lagi ke Kekeluargaan,” tukasnya.

 

Hal ini dikuatkan juga dengan pendapat Gubernur HMMSU. Ia berpendapat bahwa PPMI secara struktural telah cukup memenuhi tugasnya sebagai penyambung suara Kekeluargaan kepada instansi yang lebih tinggi.

 

“Setidaknya PPMI sudah menyambungkan kita dengan pihak KBRI,’’ jelasnya.

 

Lain halnya dengan Gubernur KMM, Daku mengaku tidak merasakan kehadiran PPMI saat ini. Seperti di tengah isu Maba, dan beberapa permasalahan di Masisir langsung. Kekeluargaan seperti tak merasakan dampak atau manfaat yang signifikan dari PPMI.

 

Tak hanya itu, kurang optimalnya beberapa program PPMI menimbulkan rasa ketidakpuasan dan kekecewaan pada beberapa Kekeluargaan. Seperti yang disinggung oleh Daku terkait adanya kerugian yang didapat saat Nusantara Olympic dibatalkan. Hal ini lebih didetailkan lagi oleh Ihza yang merasa dirugikan baik dari segi materi maupun waktu.

 

“Ketika mereka membatalkan acara itu (red— Nusantara Olympic) memang uang pendaftaran dikembalikan, tapi mereka tidak membahas berapa dana yang dikeluarkan kekeluargaan untuk latihan,” ungkapnya.

 

Ia pun menjelaskan bahwa program-program unggulan Kekeluargaan yang sudah sengaja dimundurkan dikarenakan Nusantara Olympic, jadi sia-sia. Sebab Nusantara Olympic itu sendiri juga dibatalkan.

 

3. Bagaimana PPMI yang seharusnya ?

 

PPMI sebagai organisasi teratas dalam tatanan Masisir tentunya bukan hanya siap menerima sanjungan tetapi juga kritikan, dan semestinya perlu berbenah diri dengan segala polemik yang ada agar kedepannya lebih baik dalam mengakomodir Masisir. Fiqrul, menjelaskan bahwa PPMI seharusnya menjadi motor pergerakan Kekeluargaan itu sendiri.


“Apa-apa yang Kekeluargaan lakukan seharusnya bisa ditarik benang merah bahwa ada hal-hal yang perlu kita tuju bersama. Cukup PPMI membuat sistem, misalnya seberapa penting PPMI jika digunakan dengan baik, seharusnya menurut saya PPMI tidak perlu melakukan kegiatan yang bersifat festival- festival,” lanjutnya.

 

Dari HMMSU sendiri memberikan perhatian khusus di aspek komunikasi. Ia berharap ke depannya ada inisiatif yang lebih dari PPMI untuk berkomunikasi dengan Kekeluargaan.

 

“Yang kita harapkan sebenarnya PPMI coba sesekali ajak kita kumpul gitu kan. Ini enggak ada, kumpul pas ada masalah. Coba kita kumpul pas enggak ada masalah, jadi tentram begitu,” ujarnya.

 

Adapun Daku menyoroti hal lain, ketika ditanyai apa yang perlu dievaluasi dari PPMI tahun ini, ia lebih fokus ke Nakhodanya, bukan ke PPMI-nya.  Daku menerangkan bahwa yang perlu dievaluasi adalah bagamana memperbaiki manejemen dan kedewasaan berorganisasi, seperti komunikasi, memahami tupoksi juga kapasitas sebagai presiden.

 

Setelah banyak polemik yang terjadi, PPMI perlu kembali berintrospeksi diri. Seluruh organisasi pasti punya kelebihan dan kekurangan. Namun, untuk organisasi yang sebesar PPMI, diperlukan ketelitian dan kehati-hatian yang lebih untuk menciptakan dan mengoptimalkan stabilitas Mahasiswa Indonesia di Mesir.

 

Reporter: Ilham Pratama, Aisyah Bannu, Mugni Maulidyah, Alief Asyur, Fatma Nihe

Editor: Ichsan Semma




Tidak ada komentar:

Posting Komentar