Breaking News
Loading...

Minggu, 29 Januari 2023

Rangkaian Indikasi Keterlambatan Maba, Ada Kesengajaan?

 

Ilustrasi (Gambar: dok. Wawasan)

Wawasan, Kairo– Rangkaian ujian Termin Satu yang panjang dan mendebarkan telah berlalu. Angin segar berhembus. Mahasiswa al-Azhar menghela nafas lega. Bebas ingin melakukan apa saja tanpa dikekang oleh diktat.

 

Namun ternyata angin segar itu bukan untuk dinikmati semua orang. Masih banyak yang masih menarik nafas berat. Gelisah sepanjang waktu karena terjebak dalam ketidakpastian. Tenggelam dalam angan-angan. Keinginan untuk mendengar suara duktur di kelas masih belum kesampaian.

 

Banyaknya ketidakjelasan dari keberangkatan Maba membuat berbagai asumsi timbul di masyarakat. Baik itu dari kalangan Maba itu sendiri atau pun dugaan-dugaan kejanggalan yang didapatkan oleh panitia pengurusan Maba di Mesir.

 

1. Asumsi Terkait Penyebab Keterlambatan

 

Ketua Komite Panitia Pendaftaran (KPP) Maba KKS Mesir, Muhammad Alim Nur, menyampaikan bahwa faktor yang menyebabkan keterlambatan ini adalah lambannya proses pemberkasan. Berangkat dari hal itu, Alim menerawang bahwa terdapat strategi khusus yang direncanakan.

 

Asumsi ini diperkuat oleh keterangan yang diberikan salah seorang narasumber dari Maba Pusiba Angkatan 6. Dalam wawancara via WhatsApp pada 16 Januari 2023, ia mengungkap adanya indikasi keterlambatan yang sudah terlihat sejak awal.

 

Ia mengaku mendapati keanehan pada hasil tahdid mustawa/penentuan level Angkatan 6. Ketika hanya sebagian kecil dari para peserta yang berhasil lulus di level menengah (mutawassith), sementara sisanya terperosot di level dasar (mubtadi). Dengan rincian dari 977 peserta saat itu adalah 401 orang mubtadi awal, 372 mubtadi tsani, 173 orang mutawasith awal, 31 orang mutawasith tsani. dan tidak ada yang sampai pada level lanjutan (mutaqaddim)


Hasil tahdid mustawa Angkatan 6 (Gambar: dok. Wawasan)

Ia dan teman-temannya kemudian merasa heran. Mengingat materi yang dipelajari di level mubtadi merupakan materi bahasa Arab yang sangat dasar, seperti materi penyebutan dan penulisan huruf hijaiah.

 

“Bukannya kita mau menyombongkan diri, tapi kan kita kebanyakan dari pesantren modern, Insyaallah kualitas bahasa kita itu enggak nol banget,” ungkapnya.

 

Meski begitu, dia tetap berusaha berprasangka baik dengan menganggap hasil ini merupakan kebijakan Pusiba agar peserta didik menjadi lebih matang. Namun, prasangka baik ini seakan dipatahkan ketika ia melihat hasil tahdid mustawa angkatan 7. Yang anehnya, mayoritas memperoleh level mutawassith dan hanya sedikit sekali yang lebih rendah daripada itu, bahkan hanya sedikit yang masuk ke mubtadi. Adapun rinciannya dari total 711 peserta adalah 7 orang mubtadi awal, 38 orang mubtadi tsani, 490 orang mutawasith awal, 139 orang mutawasith tsani, dan 37 orang mutaqaddim awal.

 

“Kalau saya berpikirnya mungkin sistem lembaga ya, supaya Angkatan 7 bisa berangkat bareng sama kita”, tambahnya.


Hasil tahdid mustawa Angkatan 7 (Gambar: dok. Wawasan)
 

Berkaitan dengan ini, Maba lain dari Pusiba Angkatan 7 juga menceritakan tentang penyampaian Direktur Pusiba dalam pertemuan daring sebelum DL dimulai. Disampaikan bahwa bagi peserta yang mendapat level mutawassith, akan diusahakan bisa berangkat bulan Desember 2022 bersama Angkatan 6. Sebagai gantinya, berbeda dengan durasi level DL angkatan 6 yang memakan waktu sebulan penuh setiap levelnya dan lima setengah jam tiap harinya, level DL angkatan 7 hanya menghabiskan 20 hari per level, dengan jadwal belajar harian ditambah menjadi 8 jam. 

 

Rangkaian indikasi ini pun menimbulkan asumsi terkait adanya faktor kesengajaan dan skenario yang diusung dalam penentuan hasil tahdid mustawa, dengan tujuan agar dua angkatan tersebut bisa berangkat bersama. Akibatnya Angkatan 6 yang harusnya bisa berangkat tepat waktu, malah harus menunggu Angkatan 7 menyelesaikan DL yang juga terkesan diburu-buru. Sayangnya niat untuk memberangkatkan mereka bersamaan malah berujung pada keterlambatan keduanya.

 

Lebih lanjut, berdasarkan keterangan dari Alim Nur bahwa berkas Maba Pusiba Angkatan 6 seharusnya sudah diterima pihak Mesir antara bulan September sampai November 2022. Akan tetapi, karena pihak terkait ingin memberangkatkan kedua angkatan secara bersamaan mengakibatkan berkas tersebut harus ditangguhkan sampai angkatan 7 selesai. Sehingga baru dipegang pihak Mesir pada akhir Desember 2022.

 

Hal ini pun juga disinyalir menjadi sebab keterlambatan Maba tahun lalu, ketika pihak terkait membuat Angkatan 4 dan Angkatan 5 bersamaan terbang ke Mesir.

 

Timbulnya dugaan ini tentu membuat masyarakat gelisah, terutama Maba beserta para orang tua. Di akhir wawancara, narasumber menyatakan bahwa dia bukanlah satu-satunya orang yang memendam kejanggalan ini. Banyak teman dan orang lain di sekitarnya yang melihat tanda tanya yang sama.

 

Kegelisahan tersebut pun menimbulkan pertanyaan; Mengapa harus diberangkatkan bersamaan? Apa masalahnya kalau Angkatan 6 berangkat lebih dulu dan angkatan 7 berangkat tahun depan, sesuai siklus DL-nya?

 

2. Kenyataan Pahit yang Lahir dari Janji Manis

 

“Kecewa pastinya ya, mohon maaf saya sampaikan, saya dan teman-teman meluapkan emosional karena tidak adanya kepastian, sistem yang enggak nyaman, merugikan banyak pihak, terutama orang tua”, terang salah seorang Maba.

 

Tak hanya Maba, para orang tua pun menanggung imbasnya. “Saya mendapat informasi dari teman kalau ada yang orang tuanya menunda kerja, sengaja ambil cuti dari sekarang karena mau ikut nganterin anaknya pas berangkat”, ujar Maba Angkatan 6 dalam sesi wawancara tersebut.

 

Bercermin dari fenomena tersebut, antusiasme dari para Maba serta orang tua tentunya sangat besar. Sebab bagi mereka Pusiba seakan menjadi sebuah jalan terbuka bagi mereka yang bermimpi melanjutkan pendidikan ke Negeri Kinanah.

 

Namun, banyaknya problematika dan ketidakpastian terkait keberangkatan Maba selama dua tahun terakhir, khususnya di tahun ini tentunya membawa kerugian bagi banyak pihak. Fenomena ini terlihat sangat kontras dengan tagar #Yangpastiaja yang diusung oleh Pusiba itu sendiri. Pertanyaannya; masih relevankah tagar itu saat ini?


Reporter: Afriadi Ramadhan, Akmal Sulaeman

Editor: Ichsan Semma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar