Breaking News
Loading...

Jumat, 02 September 2022

Refleksi Watak Martha Christina Tiahahu, Inspirasi dan Relevansinya dengan Kaum Hawa di Zaman Kekinian

 

Martha Christina Tiahahu (Gambar: dok. Wawasan)


Oleh: Aisyah Bannu

 

Indonesia dewasa ini adalah negara yang masyhur akan kekayaan budaya serta keindahan alamnya, sudah menjadi fenomena global bahwa eloknya paras Ibu Pertiwi tidak hanya menjadi keunikan dan kebanggaan lokal semata, tapi juga mampu memperoleh atensi besar dalam skala internasional.

 

Tak hanya itu, Negeri ini pun kaya akan kisah, perihal napak tilas sejarah yang mengandung cerita tentang perjuangan serta pengorbanan yang besar demi sebuah kemerdekaan. Perlawanan yang dilakukan oleh para pahlawan terhadap egoisme penjajahan selain sebagai sebuah perwujudan tekad dan cinta, juga merupakan alasan kita masih dapat berpijak dengan tenang dan bangga di atas Tanah Air kita saat ini.

 

Lalu di antara berbagai nama yang menopang setiap langkah menuju kemerdekaan itu, muncullah nama Martha Christina Tiahahu, seorang wanita berusia 17 tahun dengan semangat membara yang ikut bertempur di sisi Kapitan Pattimura untuk mengusir Belanda keluar dari Maluku, statusnya yang masih remaja saat berperang dan akhirnya gugur kala itu membuatnya dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional termuda Republik Indonesia.

    

1. Sejarah Perjuangan Martha Christina Tiahahu

 

Martha Crhistina Tiahahu adalah serpihan kisah perjuangan yang hidup abadi dalam memori kolektif masyarakat Maluku. Lahir pada 4 Januari 1800, ia tumbuh dalam naungan keluarga Maalesi dan ditanamkan idealisme dan watak pejuang untuk melindungi warganya dari berbagai ancaman sejak usia dini.

  

Ia ikut andil dalam berbagai medan pertempuran sejak masih sangat muda, di usianya yang menginjak 17 tahun Martha sudah bergabung dalam perang melawan kolonial Belanda yang dipimpin oleh Pattimura. Ia bahkan terlibat di beberapa pertempuran seperti pertempuran Saparua dan penyerangan ke benteng Duurstede, di mana keduanya dapat dimenangkan dengan gemilang.

 

Namun, sayangnya di tahun yang sama, berbarengan dengan ditangkapnya Pattimura, Martha dan ayahnya yang bernama Paulus Tiahahu, justru harus tertangkap. Pattimura dan Paulus dijatuhi hukuman mati, sementara Martha dibebaskan. Namun, akibat sudah terlanjur dianggap berbahaya, ia kembali ditangkap dan diangkut ke kapal Eversten untuk dijadikan pekerja paksa perkebunan kopi di pulau jawa. Di atas kapal  ia melakukan aksi mogok makan yang juga dianggap sebagai bentuk perlawanan, hingga kondisi kesehatannya memburuk dan meninggal pada 2 Januari 1818.

 

Meski terbilang singkat, namun rekam jejak perjuangan Martha Christina Tiahahu terukir abadi dalam sejarah serta hati masyarakat Indonesia, khususnya warga Maluku. Sebagai bentuk penghormatan, setiap tanggal 2 Juni yang ditetapkan sebagai hari Martha Christina Tiatahu, orang-orang di Maluku meyebarkan kelopak bunga di permukaan Laut Banda dalam upacara resmi. Patung dirinya setinggi 8 meter pun didirikan di Ambon, berdiri gagah menghadap teluk Ambon dengan sebatang tombak di tangannya.

 

 

2. Kata Mereka Tentang Martha Christina Tiahahu

 

Dalam Jurnal berjudul “Martha Christina Tiahahu Pejuang dan Martir Dalam Perang Pattimura (Kilas Balik dan Implikasinya Bagi Generasi Muda di Era Kekinian)” karya Sem Touwe, Martha digambarkan sebagai gadis belia pemberani dan mempunyai cita cita besar mengusir penjajah keluar dari Nusantara, terutama dari daerah Maluku.

 

Dalam jurnal tersebut, Sem Touwe yang merupakan Lektor Univesitas Pattimura bahkan menyandingkan Martha dengan Joan of Arc, seorang pejuang Prancis yang masih berusia 18 tahun saat dipercayakan untuk membebaskan Prancis dari penjajahan Inggris di Kota Chinon.

 

Tidak hanya sampai di situ, sepak terjang Martha juga terekam dalam karya Sejarawan J.A. Pattikaihatu yang berjudul “Biografi Singkat Tokoh Nasionalis Asal Daerah Maluku” di mana ia menyebut Martha termasuk pahlawan yang unik, sebab selain seorang wanita, ia juga terjun dalam medan pertempuran dalam usia yang masih sangat muda.

 

Sejarawan lainnya, Jop Lasamahu memberikan julukan “Putri Karang Laut Banda” pada Martha, sebagai penggambaran bahwa ia tak pernah mundur sepetak pun sampai titik darah penghabisan. Jika dilihat dari sudut pandang refleksi, watak Martha merupakan hal yang saat ini mempunyai tingkat urgensitas tinggi untuk dimiliki oleh kalangan remaja di zaman kekinian, khususnya perempuan

 

3. Relevansi Watak Martha Christina Tiahahu di Zaman Kekinian


Sudah menjadi pandangan umum bahwa R,A. Kartini merupakan tokoh utama dalam evolusi stigma terhadap perempuan di Indonesia, kaum hawa yang dulunya di pandang sebagai kaum inferior dan kurang mendapatkan atensi, kini telah mendapatkan wadah dan ruang untuk ikut andil dalam setiap aspek kehidupan.

 

Namun, problematika lainnya justru muncul dari internal kaum hawa itu sendiri, di mana saat ini, dengan berbagai jalan dan kesempatan yang terbuka lebar, intensi untuk melangkah keluar dari zona nyaman justru mengalami kemerosotan. Dilansir dari IDN Times, fenomena ini disebabkan oleh faktor-faktor implisit seperti takut, was-was. cemas, serta malas, dengan rendahnya tingkat self esteem pada remaja, khususnya kaum hawa dianggap sebagai pemicu.

 

Lalu apa itu self esteem? Menurut Sari Dewi Setyorini, seorang psikolog yang saat ini bekerja sebagai assistant manager di PT. Pasona HR Indonesia, self esteem adalah perasaan seseorang atas harga diri dan juga kepercayaan akan nilai dirinya sendiri, sederhananya adalah seberapa besar kamu menghargai dan mencintai diri sendiri. Sebab rendahnya presentase self esteem kaum hawa sendiri tak jauh dari status sebagai wanita di tengah masyarakat zaman sekarang, yang secara tidak langsung menuntut kita untuk tampil sempurna dan ideal di hadapan publik, mulai dari berat badan, cara bersikap, dan sebagainya.

 

Masalahnya, dengan begitu banyaknya tuntutan yang tak mampu dan tak mungkin kita capai semuanya, tingkat self esteem terhadap diri sendiri secara berangsur bisa mengalami penurunan, perasaan bahwa diri ini tidak berharga kian bertambah seiring dengan banyaknya tuntutan yang tidak mampu kita penuhi. Menyebabkan hilangnya gairah serta munculnya cemas yang berlebihan perihal apa yang akan terjadi saat kita mencoba melangkah, kita akhirnya memilih jalan yang lebih mudah, berpaling, kembali masuk ke rumah, menutup pintu dan diri rapat-rapat dari dunia.

 

Fenomena tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, di mana hasil dari penelitian tersebut memvonis 8 dari 10 remaja Indonesia memiliki self esteem yang rendah. Sari menyebutkan hal itu terjadi akibat adanya tekanan tinggi dari lingkungan yang membentuk suatu tuntutan kondisi ideal.

 

Dalam hal inilah watak dari seorang Marta Christina Tiahahu diperlukan, hasil refleksi atas Martha yang memegang teguh idealisme pejuang yang melindungi warga dan tanahnya, bisa diimplementasikan dalam diri setiap remaja di era ini dengan konsep yang lebih sederhana.

 

Ketangguhan Martha bisa menjadi inspirasi bagi kaum hawa masa kini, di mana saat ini yang menjadi penjajah secara stuasional adalah tuntutan publik yang dititikberatkan pada perempuan. Ketangguhan untuk tidak membiarkan diri sendiri terjajah dan tetap mementingkan kemerdekaan dan kenyamanan diri sendiri tanpa memedulikan berbagai keharusan yang ditujukan pada mereka.

 

Dengan mengaplikasikan watak pejuang remaja ini, kita dapat lebih bebas dalam berkreasi terhadap hidup dan diri kita, terus mencoba dan mempelajari hal-hal baru yang menarik, berkembang setiap harinya, dan menikmati menjadi diri sendiri tanpa harus terbebani oleh konsep manusia ideal.

 

Tidak hanya itu, sifatnya yang  pantang menyerah dan tegas juga dapat dijadikan indikator bagi para kaum hawa terkait bagaimana mereka membangun karakter di tengah masyarakat, agar dapat menjadi sosok yang diperhitungkan dalam setiap sektor yang mereka masuki, serta kembali menegaskan posisi kaum hawa dalam hierarki gender dan sosial saat ini, yang meski implisit, tetap nyata adanya.


4. Kesimpulan

 

Adalah tugas anak-anak bangsa untuk menjamin kesejahteraan dan kestabilan Negeri ini di masa depan, dan sudah saatnya kaum hawa untuk lebih banyak ambil bagian dalam prosesnya. Martha Christina Tiahahu adalah salah satu contoh yang sudah ikut andil dan namanya tercantum dalam sejarah, tapi bukan hanya sekadar histori, ia juga mewariskan sesuatu yang tak kalah penting bagi bangsa, yaitu teladan bagi setiap generasi Merah Putih yang akan datang. Namun, perihal warisan itu ingin diberdayakan atau dibiarkan usang, itu tergantung kepada kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar