Breaking News
Loading...

Kamis, 29 September 2022

Harumkan Nama Bangsa, Satu Lagi Putra Sulawesi Raih Magister dengan Predikat Cum Laude

 

Sidang Munaqasyah (Gambar: dok. Wawasan)


Wawasan, Kairo- Rabu, 28 September 2022 adalah hari yang begitu bersejarah bagi Fakhrul Washil Galib, Lc., MA. Di hari itulah pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini menjalani sidang tesis di Auditorium Imam al-Dzahabi li al-Mu’tamarat wa al-Nadawat Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar Kairo yang mengukuhkannya sebagai Magister pada Departemen Tafsir dan Ilmu Alquran Fakultas Ushuluddin dengan nilai mumtaz atau cum laude.

 

Di atas mimbar sidang, Fakhrul dan tesisnya di-munaqasyah dan didebat oleh dua penguji: Prof. Dr. Sya’ban Muhammad Athiyyah (Dosen Tafsir dan Ilmu Alquran Fak. Ushuluddin) sebagai penguji internal, Prof. Dr. Abdul Syafi (Dosen Tafsir dan Ilmu Alquran Fak. Studi Islam dan Bahasa Arab) sebagai penguji eksternal, bersama dua pembimbing tesis: Prof. Dr. Muhammad Amin Abu Bakar (Dosen Tafsir dan Ilmu Alquran Fak. Ushuluddin) sebagai pembimbing utama, dan pembimbing pembantu Prof. Dr. Salim Abdul Khaliq al-Sukkari (Dosen Tafsir dan Ilmu Alquran Fak. Ushuluddin). 

 

Dalam munaqasyah yang berlangsung selama tiga jam tersebut, ia berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul “Ta’qibat al-Allamah al-Alusi fi Tafsirihi (Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Azhim wa al-Sabe’ al-Matsani) ‘ala al-Allamah Jarillah al-Zamakhsyari fi Tafsirihi (al-Kasysyaf an Haqaiq al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil) min Awwali Surati Hud ila Akhiri Surati Ibrahim – ‘Aradun wa Dirasatun wa Ta’liqun” dengan jumlah 585 halaman.



 

Karya tesis Fakhrul (Gambar: dok. Wawasan)
 

Fakhrul mengungkapkan bahwa salah satu yang melatarbelakangi pemilihan judul tersebut ialah temanya yang sangat menarik, karena membahas dua tokoh mufasir besar dan karya mereka yang masyhur juga banyak digunakan. “Al-Kasysyaf itu banyak menjadi rujukan bagi mufasir-mufasir setelahnya dan Ruh al-Ma’ani juga, beliau (al-Alusi) me-munaqasyah pendapat ulama-ulama dengan sangat baik hingga beliau dijuluki sebagai Umdatul Muhaqqiqin,” ungkapnya dalam wawancara bersama kru Wawasan.

 

“Kita juga bisa banyak belajar, soalnya Imam Zamakhsyari adalah imam besar Ilmu Balagah, kemudian Aqidahnya juga, karena Imam Zamakhsyari ini Muktazilah sedangkan Imam Alusi beraliran Sunni, kemudian masalah Qiraat juga, dan masalah tafsir Isyari, yang Tasawwuf, ” terangnya.

 

Fakhrul juga menceritakan tentang proses menulisnya yang panjang dan penuh tantangan, yang mana ia memperoleh judul dan mulai menulis di awal tahun 2017. “Di awal-awal dulu sempat ada bisikan-bisikan, kira-kira kita bisa tidak selesai di sini, bisa kerjakan tidak. Tapi ya, alhamdulillah, minta tolong sama Allah, kita kerjakan sedikit demi sedikit, (red–setelah itu) mentalnya nanti akan tumbuh, oh ternyata bisa, sedikit demi sedikit akhirnya selesai juga.”

 

Adapun perihal tantangan yang dihadapi, ia menjelaskan bahwa dalam kandungan tesis ini yang berisikan 40 masalah, dalam menyelesaikan masalah demi masalah itu butuh waktu. Bahkan ada yang untuk menyelesaikan satu masalah saja memakan waktu hingga berbulan-bulan, mulai dari membaca dan mengkaji banyak kitab-kitab terkait untuk memahami maksud dari kedua imam tersebut,  lalu merangkai dan menyusun kalimat ke dalam tesis,  kemudian menarjihnya.

 

Selain itu, tantangan yang juga dihadapi Fakhrul adalah bagaimana ia harus bersabar menjalani LDR selama dua tahun terakhir, meninggalkan anak dan istri di Indonesia. Tidak hanya itu, Di samping menjalani studi magister, ia juga menempuh pendidikan di Lembaga Fatwa Mesir (Dar al-Ifta al-Misriyyah) yang menuntutnya untuk mampu mengatur waktu dan kesibukan di antara keduanya hingga berhasil menyelesaikan kedua proses studi tersebut di tahun yang sama, 2022 ini.

 

“Di Ifta itu kan kita ada kelas full day, dalam sepekan biasanya lima hari dan ada ujiannya juga. Nah kelas ini mulainya dari pagi hingga siang bahkan pernah sampai pukul lima sore jadi otomatis waktu menulis jadi terbatas. Pulang dari Ifta istirahat sebentar terus lanjut garap tesis, walau sebenarnya saya kalau menulis waktu ideal saya pagi. Tapi karena di Ifta itu ilmu, tesis juga ilmu, jadi alhamdulillah banyak juga saya mendapat ilmu penunjang untuk tesis dari Ifta ini,” terang Fakhrul.


Fakhrul bersama kru Wawasan (Gambar: dok. Wawasan)


 

Setelah menjalani proses yang panjang hingga sampai di titik ini, ia mengaku sangat gembira karena dimudahkan oleh Allah SWT hingga bisa menyelesaikan magister di al-Azhar, juga atas banyaknya doa dan dukungan dari anggota-anggoti, serta kehadiran mereka dalam sidang yang membawa keberkahan, kesyukuran, dan kepercayaan diri bagi Fakhrul.

 

“Saya berterima kasih banyak kepada semua yang sudah menyempatkan hadir, jazakumullah, semoga bisa membawa keberkahan, bisa ber-istifadah dari penyampaian Masyaikh, dan semoga sedikit banyaknya bisa menambah semangat. Pesan saya tetap semangat, berjuang, dan berdoa untuk dibukakan pintu-pintu ilmu. Perbaiki niat, bagaimana kita menuntut ilmu ini sebagai proses ibadah dan harapannya kita bisa pulang dengan membawa risalah al-Azhar al-Syarif,” tutup Fakhrul. 


Reporter: Alief Asyur 

Editor: Ichsan Semma 

 

 

 

  

 

 

 

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar