Breaking News
Loading...

Kamis, 05 Mei 2022

Setahun Sudah, di Mana Mobil KKS?

 

Ilustrasi (Gambar: by kru Wawasan)

 

Wawasan, Kairo—Dalam merealisasikan janji kampanye setahun silam untuk pengadaan mobil sebagai usaha pendapatan mandiri organisasi, Punggawa KKS 2020—2021 telah melakukan beberapa upaya, salah satunya crowdfunding (red—urun dana) yang melibatkan banyak warga KKS. Setelah adanya crowdfunding ini, banyak pertanyaan dari warga tentang keberadaan mobil dan dana yang sudah terkumpul.

 

Hal ini disebabkan belum adanya wujud dari kendaraan yang direncanakan, juga minimnya informasi yang jelas tentang kelanjutan proyek ini hingga sekarang. Berangkat dari simpang siur informasi yang beredar, Wawasan KKS tergerak untuk mencari titik terang terkait hal tersebut. Di mana Mobil KKS?

 

Mobil Belum Terwujud, Dananya Lari ke Saham

Sebagai langkah awal, kami mendatangi Bendahara KKS 2020—2021, Muhammad Amal Syarifuddin untuk bertanya perihal dana pengadaan mobil. Menurut penuturannya, uang yang terkumpul di masa jabatan Punggawa demisioner, Muhammad Arizal Amir adalah berkisar EGP 130.000 yang berasal dari berbagai sumber, yaitu crowdfunding, proposal, donatur, dan kas Dewan Pengurus.

 

Untuk jumlah dana crowdfounding sendiri, menurut laporan tertulis pada Kamis, 17 Juli 2021, crowdfunding yang menjadi sumber dana terbesar dalam pengadaan mobil ini berhasil mengumpulkan dana sebesar EGP 88.466 yang berasal dari sumbangan tunai maupun transfer dari  warga KKS, simpatisan dari Indonesia, bahkan ada juga sumbangan dari anggota kekeluargaan lain. Adapun sisanya berasal dari proposal, sumbangan senior-senior KKS, dan uang Fokat 2021, yang menurut  penuturan Amal, sebagiannya dialihkan ke kas mobil.

 

Ia juga menyatakan bahwa estimasi dana yang ditargetkan adalah kisaran EGP 300.000, sementara untuk penjelasan lebih lanjut perihal dana mobil ini, ia hanya mengarahkan kami untuk meminta langsung ke Bendahara KKS saat ini, karena ternyata pengelolaan dana tersebut telah dialihkan ke pengurus sekarang.

 

Hal senada disampaikan oleh Arizal Amir saat kami tanyai terkait kepastian hal tersebut. Bahwa, katanya, pada Selasa 15 Februari 2022 semua dana pengadaan mobil yang terkumpul–yang mulanya ia pegang—telah diserahkan kepada Dewan Pengurus (DP) saat ini.

 

Kami pun kemudian mendatangi Punggawa 2021—2022, Muhammad Syahran Hidayat untuk mendapatkan penjelasan tentang keberadaan dana pengadaan mobil ini. Ia membenarkan bahwa  memang sekarang dana tersebut dikelola oleh DP tahun ini.

 

Namun, sebagian dari dana tersebut—menurut penjelasan Punggawa saat ini—telah digunakan untuk renovasi dan pembelian saham Layalindo, di mana spesifikasi dana yang dipakai—dari laporan Hari Bakti selaku Bendahara KKS saat ini—adalah EGP 12.000 untuk pembelian TV dan lainnya, EGP 17.550 untuk pembelian saham Layalindo, dan EGP 20.000 pembenahan dan renovasi Layalindo. Jika ditotal, dana pengadaan mobil yang alokasinya dialihkan ke Layalindo berjumlah EGP 49.550.

 

“Ketika saya datang di sini (red—Layalindo), saya pikir Layalindo itu punya KKS 100%, ternyata dananya itu terpecah-pecah, dan KKS cuma dapat sedikit, yaitu 35%. Bahkan ada anggota yang keuntungannya sama dengan KKS. Kalau begini caranya, 70 tahun belum pi bisa apa-apa orang, akhirnya kesepakatan setelah berunding dengan DPA (red-Dewan Pengawas Anggota), maka dipakailah uang mobil, juga dari uang DP sebagian,” ungkap Syahran. Lantas, mengapa menggunakan dana pengadaan mobil?

 

Syahran menjelaskan bahwa ini merupakan upaya memaksimalkan fungsi Layalindo sebagai suksesor proyek mobil yang mana keuntungannya akan dimasukkan ke tabungan dana pengadaan mobil. Menurut penuturannya, 100% keuntungan Layalindo yang sahamnya telah menjadi kepunyaan KKS sepenuhnya, akan dimasukkan ke kas pengadaan mobil. Dengan cara seperti ini, menurutnya, mobil diperkirakan akan dapat terealisasikan dalam jangka 4—5 tahun.

 

Ia juga menegaskan bahwa meskipun punggawa terpilih selanjutnya enggan melanjutkan proyek mobil ini, ia tidak boleh  menyentuh dan mengalokasikan keuntungan Layalindo ke arah yang lain, karena dana tersebut sepenuhnya ditargetkan untuk pengadaan mobil.

 

Cita-cita Punggawa Demisioner Beban untuk DP Saat Ini?

Dalam wawancara bersama kru Wawasan pada Senin, 28 Maret 2022, Arizal menjelaskan bahwa merupakan aib bagi pengurus ke depannya jika tidak melanjutkan cita-cita ini.

 

Syahran sendiri menuturkan tatkala ditanyai perihal kelanjutan cita-cita ini, “Mengenai goals, saya sendiri masih pesimis tahun ini mobil bisa terealisasi.” Ia menjelaskan bahwa ia memang tidak memiliki arah untuk menyelesaikan proyek tersebut di masa jabatannya, karena kas mobil saat ini bahkan belum mencapai 50% dari total yang ingin dihasilkan, dan hal itu memang bukan prioritas utamanya.

 

Ia juga menambahkan, menurutnya, pengadaan mobil—sebagai usaha mandiri KKS—merupakan ide yang kurang menjanjikan dikarenakan sifatnya yang musiman. Meski demikian, Ia menyatakan akan tetap membantu menyukseskan pengadaan mobil ini. Seperti uang-uang maba, juga dana pembangunan WC ia sisihkan sebagian ke kas mobil.

 

Hanya saja, wujud bantuan yang ia beri hanya dengan menyisihkan kelebihan dana dari program yang ia prioritaskan, karena menurutnya, untuk saat ini masih banyak hal lain yang perlu dibenahi selain realisasi mobil.

 

Meski begitu, Syahran mengaku setuju dengan cita-cita Punggawa demisioner dalam konteks sebagai pengadaan pendapatan mandiri untuk KKS. Ia juga mengatakan bahwa adanya rencana pengadaan mobil untuk KKS kelak akan sangat membantu keuangan organisasi, melihat keadaan bahwa KKS tidak bisa selalu bergantung pada donatur.

 

Ketidaksetujuan Warga, Karena Keadaan atau Hanya Pesimis?

“Menurut saya, aib sekali kalau ada organisasi sebesar kekeluargaan KKS, tidak punya penghasilan sendiri,” tutur Punggawa demisioner saat diwawancarai oleh kru Wawasan. Ia juga menjelaskan bahwa pemilihan mobil sebagai sarana penghasilan mandiri telah melewati beberapa pertimbangan sebelum ditetapkan.

 

Program yang dicanangkan pada tahun 2020 ini memang sempat menuai berbagai pro dan kontra di kalangan warga KKS. Hal tersebut pun diamini oleh Arizal, yang mengakui bahwa ada beberapa warga yang tidak setuju pada ide pengadaan mobil, tetapi tidak memberikan alasan atas ketidaksetujuannya.

 

Bahkan, ia juga tidak memungkiri bahwa tidak semua anggota DPA setuju dan malah justru pesimis atas realisasi ide tersebut. Padahal alasan ia mencetuskan pengadaan mobil adalah agar KKS memiliki aset yang bisa dijadikan sebagai media penghasilan mandiri.

 

Ketika hal ini ditanyakan kepada Syahran, ia mengatakan  bahwa memang ada beberapa warga yang tidak setuju, alasannya bukan karena  idenya melainkan tidak setuju dengan kondisinya, di mana pada saat ini alokasi keuangan akan lebih baik dan ideal jika dikeluarkan pada bidang kesehatan warga KKS.

 

Warga Masih Harus Bersabar

Meski berhasil mengumpulkan dana yang sangat besar, nyatanya jumlah tersebut belum mampu mencapai target. Keseluruhan dana yang terkumpul bahkan baru mendekati setengah dari tujuan. Hingga kepengurusan periode ini mendekati akhir, kuantitas dana tersebut pun masih belum mengalami kemajuan yang signifikan.

 

Satu-satunya hal yang bisa menjadi kabar baik adalah eksistensi Layalindo yang sahamnya kini telah diakuisisi sepenuhnya oleh KKS, dengan jaminan bahwa 100% keuntungan dari Layalindo akan difokuskan untuk proyek perealisasian mobil KKS.

 

Arizal sendiri selaku pionir proyek ini mengatakan bahwasanya pengadaan kendaraan roda empat itu telah dilanjutkan oleh DP tahun ini. Meskipun begitu, ia beserta DPA akan tetap mengawal setiap usaha untuk mewujudkan cita-cita yang ia usung.

 

Sepertinya, warga KKS masih harus menunggu lebih lama lagi akan terwujudnya janji yang telah menggantung selama setahun lebih. Namun, sampai kapan?

 

(Tim Investigasi Wawasan: Aisyah, Sakinah, Alief)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar