Breaking News
Loading...

Rabu, 23 Februari 2022

Jangan Maknai Kaderisasi KKS seperti Ormaba Biasa!

 

Oleh: Defri Cahyo Husain

 

Ilustrasi (Gambar: Wawasan)

Ketika disebutkan Orientasi Mahasiswa Baru (Ormaba), apa yang sekiranya terlintas di benak kita? Pekan perkenalan mahasiswa? Ajang silaturahmi para adik-adik Maba? Tentu tak jauh dari makna itu. Kata Ormaba ini sudah masyhur di kalangan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir), karena PPMI Mesir sebagai organisasi induk serta banyak Kekeluargaan Nusantara dan Afiliasi Masisir lainnya juga menggunakan kata ini.

 

 

Meskipun begitu, saya menemukan satu hal menarik yang ada di kekeluargaan saya sendiri, yaitu Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir, yang membedakannya dengan instansi Masisir yang lain. Sejak dulu waktu masih Maba, saya sering bertanya-tanya, mengapa di KKS Mesir menggunakan diksi “Kaderisasi” dalam agenda wajib tahunan anggotanya ketika masih Maba, dibanding melekatkan diksi “Orientasi” sebagaimana umumnya di kalangan Masisir?

 

 

Hal itu membuat saya ingin terus terjun di kepanitiaan Ormaba setiap tahunnya, baik itu di kekeluargaan saya maupun di PPMI Mesir, untuk mencari jawaban dari pertanyaan di atas. Setelah penjelajahan itu, saya akhirnya sampai pada satu kesimpulan mengapa diksi tersebut dilekatkan dalam ritual Forum Kaderisasi Anggota (Fokat) KKS Mesir. Meskipun sebenarnya, makna filosofis dari penamaan itu jauh lebih mendalam dibanding silogisme dangkal yang saya temukan.

 

 

Sebelum masuk ke situ, perlu kita pahami dulu perbedaan konsep dari dua diksi yang saya kemukakan di atas, yaitu Kaderisasi dan Orientasi. Menurut KBBI, orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang tepat dan benar. Sedangkan menurut Cascio dalam Sedarmoyanti (2010:114) adalah pengakraban dan penyesuaian dengan situasi atau lingkungan tertentu.

 

 

Sedang kaderisasi sendiri dalam KBBI diartikan sebagai sebuah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Dalam arti lain, ia adalah proses penanaman nilai-nilai kepada seseorang untuk menghasilkan profil tertentu sesuai yang diinginkan. (Kaderisasi dan Orientasi, Khoirina F, medium.com, diakses pada 14 Februari 2022)

 

 

Dari penjabaran teoretis di atas, sudah sangat jelas sebenarnya bahwa orientasi dan kaderisasi itu adalah dua hal yang berbeda. Secara konseptual, orientasi hanya berfokus pada perkenalan dan penunjuk arah. Artinya, dalam istilah ini Maba hanya diberikan bekal tentang apa yang harus mereka lakukan kedepannya. Berbeda dengan kaderisasi yang lebih mementingkan penanaman moral dalam individu para Maba, yang saya sebut dengan alat pembentukan karakter.

 

 

Mungkin sempat terlintas di pikiran Anda ketika saya menyebutkan istilah pembentukan karakter, itu berarti negatif seperti realitas perpoloncoan yang terjadi di Indonesia. Kita semua tentu tahu, di Masisir sama sekali tidak ada praktek tersebut yang sebetulnya tidak mendidik. Jadi tentu bukan itu yang saya maksud.

 

 

Saya akan sedikit menjelaskan hal itu dengan metode silogisme. Menurut Bung Hatta (1902-1980 M), Kaderisasi sama artinya dengan pendidikan, dan menurut Plato (427-347 SM), Pendidikan adalah alat untuk pembentukan karakter. Itulah mengapa di atas saya menyimpulkan bahwa kaderisasi itu adalah alat pembentukan karakter. Jadi memang pembentukan karakter yang saya maksud tidak ada hubungannya dengan perpoloncoan, melainkan bermakna pendidikan.

 

 

Lantas, bagaimana sebenarnya proses karakter itu bisa terbentuk dalam individu setiap orang yang dikader? Setidaknya, ia akan melewati tiga tahap. Pertama, Learning to Know. Sesuai namanya, ini adalah tahap awal, dimana para anggota diberikan pengetahuan tentang nilai-nilai etik yang dianut dalam organisasi yang melakukan pengaderan.

 

Fokat 2021 (Gambar: dok. Wawasan)

 

Kebanyakan Ormaba di Masisir menurut saya hanya berhenti di tahap ini, yaitu hanya sekadar pemberian materi dan maklumat. Berbeda dengan Fokat KKS Mesir yang saya lihat justru melangkah hingga ke tahap berikutnya.

 

 

Kedua, Moral Feeling. Dalam tahap ini, para anggota seperti dipancing emosinya untuk melekatkan dalam jiwa, nilai-nilai etik yang telah mereka pelajari di tahap pertama. Ketiga, Learning to Do. Bahasa sederhananya adalah praktik. Jadi dalam tahap ini, para kader dituntut mengamalkan nilai-nilai etik tersebut.

 

 

Menarik, ‘kan? Fokat yang selama ini kita pahami sama dengan Ormaba di PPMI Mesir, yaitu hanya sebagai ajang perkenalan Maba, justru memiliki makna filosofis mendalam yang lebih dari itu. Sungguh bijak menurut saya, senior-senior kita yang memilih diksi “Kaderisasi” untuk dilekatkan dalam ritual pembentukan karakter anggota KKS Mesir yang masih baru.

 

 

Bahkan sebenarnya tidak hanya sampai di situ, dari segi praktek sendiri terlihat jelas perbedaannya; orientasi hanya bersifat sementara, sebagaimana di atas ia diartikan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi baru, dan hal itu tidak membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan kaderisasi bersifat sepanjang para kader masih menjadi anggota, bahkan diharapkan sampai ia telah selesai menjalani keanggotaan, nilai-nilai etik yang dibentuk dalam individunya itu terus melekat.

 

 

Inilah yang membedakan Fokat KKS Mesir dengan Ormaba lainnya dalam pandangan saya. Tidak hanya dalam acara formal yang hanya berlangsung selama beberapa hari itu, praktiknya justru berlangsung lama. Dengan adanya solidaritas antar sesama serta kearifan lokal yang terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh warga KKS Mesir, membuat setiap anggotanya akan terus menjalani realitas Fokat non-formal tanpa mereka sadari.

 

 

Jadi sebenarnya, sistem yang coba dibangun dari penamaan Fokat dengan meletakkan diksi “Kaderisasi” di dalamnya itu sebagaimana yang telah saya kemukakan di atas. Mungkin itu sebabnya mengapa di KKS Mesir tidak menggunakan diksi “Orientasi”, dikarenakan lebih mendalamnya makna filosofis dari penamaan Fokat untuk dipahami oleh para Anggota KKS Mesir, khususnya yang masih baru.

 

 

Untuk itu, mari kita—sebagai warga KKS Mesir—buang jauh-jauh paradigma yang mengatakan bahwa Fokat itu sama saja dengan Ormaba, yaitu hanya sebatas tempat pemberian materi yang mungkin bagi sebagian orang cukup membosankan. “Fokat itu sangat penting, dan bahkan wajib diikuti oleh setiap Anggota Baru KKS Mesir!” Itu yang harusnya kita tanamkan dalam mindset kita. Allâhua’lam bi Shawwâb.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar