Breaking News
Loading...

Rabu, 01 Desember 2021

Jawab Isu Skeptis Perihal Indonesian Games, Kemenko 3 Kewalahan?

 

Indonesian Games (Gambar: dok. Panitia)

Wawasan, Kairo-Indonesian games adalah ajang perlombaan olahraga yang diadakan oleh Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir. Bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi bagi Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir), serta menjadi wadah tiap kekeluargaan untuk berlomba dalam berbagai macam cabang olahraga.  Diikuti oleh 16 kekeluargaan, dengan total 1.200 peserta dari 8 cabang olahraga yang tersedia. Indonesian games otomatis menjadi ajang yang notabene terbesar jika dibandingkan dengan kegiatan Masisir yang lainnya.

 

Kegiatan yang sempat ditunda pada tahun 2020 dikarenakan pandemi ini , akhirnya berhasil diadakan pada 10  November 2021 dan mendapat respon yang baik dari para partisipan. Setelah melalui beberapa proses, akhirnya delapan cabang lomba bisa terealisasikan. Acara ini sukses menarik perhatian enam belas kekeluargaan  serta ikut andil dalam memeriahkan.

 

Namun dibalik kesuksesan serta berbagai pencapaian yang diraih Indonesian Games, muncul banyak isu skeptis juga berbagai pertanyaan yang mengacu pada hal-hal yang menodai ekspektasi publik  sehingga memerlukan beberapa transparansi.

 

Tim wawasan sendiri dengan atensi untuk menciptakan transparansi itu, menuliskan artikel ini dengan maksud menjawab keraguan serta berbagai pertanyaan awam perihal Indonesian Games.

 

Pertandingan Sepak Bola (Gambar: dok. Wawasan)

Penundaan yang Terus-menerus

Acara yang dijadwalkan selesai tanggal 25 november terus saja mengalami pengunduran hingga sampai sekarang dan belum menuai kejelasan. Sehingga secara implisit  menimbulkan pertanyaan masyarakat perihal ketidakkompetenan panitia dalam menanggulangi acara sebesar Indonesian Games. Namun hal itu coba dijelaskan oleh Azka Sabilirrasyad yang merupakan Ketua Bagian Acara Indonesian Games yang memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan dan ket idakjelasan tersebut. Kesulitan menemukan lapangan yang diwarnai dengan beberapa peristiwa tak mengenakkan sepeti di-prank pihak lapangan merupakan salah satu faktor terjadinya pengunduran.

 

Jadi kita sebenarnya sudah fix sama tajammu awal, kita sudah daftar  dan mereka sudah iya. Lah kok ternyata pihak tajammu awal minta kita menghubungi National Security (NS), kita hubungilah kesana, ketika sudah kesana NS sudah oke, tapi yang terjadi malamnya kita ditelepon pihak lapangan diminta besok disuruh kesana sedangkan besok itu sudah tanding, akhirnya tengah malam kita putuskan membuat pamflet pertandingan ditunda,” jelas Azka.

 

Dalam sesi wawancara itu Azka juga menjelaskan bahwa pertandingan sepak bola yang akhirnya diadakan di Nadi Moyah ini juga mengalami kemunduran dan penundaan yang juga berdampak pada mundurnya jadwal penutupan dikarenakan pihak panitia yang menyesuaikan jadwal pertandingan dengan agenda booking lapangan yang baru.

 

Alokasi Sumbangsih MPR

“Jadi wakil MPR datang ke Mesir dengan misinya tertentu misi pribadinya, kemudian kami dari panitia tidak menyia-nyiakan  kesempatan ini, jadi kami mengundangnya,” ungkap Luthfan selaku Menteri Koordinator (Menko) Tiga PPMI Mesir.

 

Ia juga mengonfirmasi bahwa ada suntikan dana segar sebanyak 2000 USD yang diberikan Ahmad Muzani, Wakil Ketua MPR yang hadir pada saat itu. Dengan amanah untuk menyalurkan masing-masing 100 USD pada setiap kekeluargaan yang mengikuti turnamen sepakbola. Itu artinya setiap panitia harus  mengeluarkan setidaknya 1.200 USD dollar untuk 12 kekeluargaan yang berpartisipasi dalam cabang olahraga tersebut.

 

Pertanyaan kembali muncul perihal pendistribusian dana pada setiap tim yang masih belum terealisasi hingga saat ini. Namun kekhawatiran ini dijawab oleh Luthfan bahwa dana  yang diterima akan didistribusikan pada setiap peserta cabang olahraga sepak bola setelah seluruh rangkaian acara Indonesian Games selesai.

 

Pertandingan Sepak Bola (Gambar: dok. Wawasan)

Harga Tiket yang Tak Menentu

Harga tiket lapangan menjadi polemik yang unik dalam ajang ini, di mana tidak sedikit orang menyatakan ketidaknyamanan juga kekhawatiran perihal ketidaktentuan juga kenaikan harga tiket dari hari pertama hingga hari  terakhir ini. Ditambah dengan ketidaksinkronan biaya yang tertera di karcis dengan nominal yang ditetapkan panitia.

 

Seorang supporter menjelaskan bahwa di hari pertama ia datang di lapangan harga yang diberikan padanya hanyalah 10 pound Mesir, dan yang menjaga pada saat itu hanyalah pihak lapangan yang merupakan orang-orang asli Mesir. Namun di hari berikutnya harga tiket telah mengalami peningkatan dan berada di angka 15 pound Mesir, dan saat itu sudah ada panitia yang ikut berjaga di tempat pembayaran karcis.

 

Hal ini kembali coba dijelaskan oleh Luthfan bahwa pada dasarnya harga tiket yang dicanangkan oleh pihak lapangan adalah 25  pound Mesir. Namun setelah melalui berbagai proses diplomasi angka itu berhasil diturunkan oleh panitia hingga 10 pound Mesir. Sedangkan kenaikan 5 pound dari kesepakatan awal merupakan inisiatif dari pihak penyelenggara itu sendiri dan disalurkan ke akomodasi kepanitiaan.

 

Ia juga menjelaskan bahwa proses diplomasi tersebut juga mencakup biaya penyewaan lapangan yang pada awalnya mencapai angka 75.000 untuk penyewaan 26 jam secara keseluruhan, namun berhasil diturunkan hingga mencapai  17.000 untuk jumlah jam yang sama.

 

Latar belakang penambahan nominal tiket lapangan ini diakui Azka sebagai salah satu langkah untuk menutupi kekurangan dana dalam pelaksanaan Indonesian Games ini. Di  samping pangadaan bazar dan uang registrasi per-kekeluargaan berjumlah 100 pound Mesir per-cabang olahraga.

 

Azka pun mengakui bahwa dana sampai saat ini merupakan momok bagi panitia. Di mana estimasi mereka pada awalnya adalah 90.000 pound Mesir. Ini benar-benar jauh dari anggaran dana Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja Organisasi (RAPBO) yang hanya mencapai 30.000.

 

Namun ia juga mengucapkan begitu banyak syukur dengan hadirnya beberapa nama-nama besar seperti K.H. Ahmad Muzani dan Yusuf Mansur yang hadir di Mesir bertepatan dengan diadakannya kegiatan ini, yang pada akhirnya memberi dukungan, baik dalam bentuk moral ataupun materi.

 

Menko 3 sendiri membenarkan bahwa pengadaan acara Indonesian Games ini merupakan sesuatu yang cukup berat dan kecil kemungkinan diadakan tiap tahun dikarenakan akan berdampak pada efisiensi dan keefektifan alokasi dana dan kinerja PPMI yang bertanggung jawab di tahun tersebut. Pernyataan di atas secara tidak langsung menjelaskan betapa keras perjuangan panitia dalam menyukseskan acara Indonesian Games ini. Namun di sisi lain juga menimbulkan isu skeptis perihal urgensitasnya.

 

Meski begitu Luthfan secara pribadi tetap percaya diri perihal pelaksanaan ajang olahraga untuk termin dua yang rencananya akan mengarah pada salah satu antara Asian Games atau Piala Presiden.

 

Indonesian Games untuk Masisir

Menjadi panitia dan penyelenggara ajang sebesar Indonesian Games merupakan sebuah kehormatan sekaligus tanggung  jawab yang besar. Sekiranya itulah yang diungkapkan oleh Azka Sabilirrasyad dalam sesi wawancara bersama kru media Wawasan pada hari Minggu (28/11/2021) di Wisma Nusantara. Ia juga mengatakan bahwa bisa ikut andil dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah tantangan baginya dan kawan-kawan panitia lainnya.

 

Ia pun memandang Indonesian Games bukan hanya sekadar turnamen ataupun penyaluran euforia saja, tapi juga sebagai ajang pendidikan bagi para Masisir tentang loyalitas baik dalam ruang lingkup kekeluargaan maupun di luarnya. Yang pada dasarnya menegaskan kembali bahwa kita semua adalah keluarga yang tak sedarah, dan juga mengingatkan kita bahwa dalam perantauan di negeri orang yang dipenuhi dengan rintangan ini, kita tidak pernah sendiri.

(Aisyah, Ichsan, Azhar)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar