Breaking News
Loading...

Senin, 29 November 2021

Terkait Peran Strategis Alumni Al-Azhar untuk Bangsa Indonesia, Pimpinan Ponpes Darussalam Gontor: Ada Alumni yang Menjadi Liberal

 

Seminar Kebangsaan (Gambar: dok. Wawasan)

Wawasan, Kairo—“Maaf saya terpaksa ngomong ini, karena ada saudara-saudara kita alumni Al-Azhar yang menjadi liberal, malah lupa agamanya. Saya dengar dari teman-temannya, hafalan Quran oke, pelajaran lulus, tapi tidak salat selama di sini, bahkan membuat kegaduhan mempromosikan ajaran yang menyimpang dari syariat Islam,” ungkap Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, MA., Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor dalam, Ahad (28/11).

 

Keresahan tersebut ia ungkap saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Kebangsaan, yang bertemakan “peran strategis alumni Al-Azhar dalam konteks tantangan bangsa di masa depan”, ia turut berharap mahasiswa Al-Azhar dalam partisipasinya membangun Indonesia adalah tugasnya mengembangkan washatiyatul Islam dengan harapan Islam di Indonesia tidak ada yang menyimpang.

 

Karena menurut penuturannya, di Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya mempromosikan moderasi beragama—yang ia nilai berbeda dengan wasathiyatul Islam seharusnya—, radikalisme, intoleran, dan terorisme.

 

Ia menjelaskan bahwa tantangan mahasiswa Al-Azhar sekarang bukan lagi mencari eksistensi—sebagaimana mahasiswa dahulu menerjemahkan Lagu Indonesia Raya ke dalam Bahasa Arab—, tapi menurutnya adalah bagaimana menyebarkan Islam yang benar.

 

Menurutnya, Islam yang seharusnya adalah washatiyatul Islam, bukan Moderasi yang dalam arti aslinya adalah demokrasi liberal, seperti sekularisme, pluralisme, setuju dengan LGBT, dan tidak boleh mengkritik Amerika atau pun Israel.

 

“Kita berharap alumni Al-Azhar nanti benar-benar dapat mengembangkan Islam dengan sebaik-baiknya sehingga umat kita bisa selamat dari ajaran yang menyimpang itu. Apalagi kalian semua belajar di Al-Azhar yang kita cintai dan kita hormati ini yang mana sudah mengajarkan ilmu pengetahuan islam yang begitu besar,” lanjutnya.

 

Foto Bersama (Gambar: dok. Panitia Khidmah Kiai)

Di samping itu, ia juga berpesan bagi mahasiswa yang belajar di Al-Azhar dengan kemampuan bahasa Arab yang bagus agar mengarang buku-buku dalam bahasa Arab, karena menurut yang ia sampaikan, banyak intelektual muslim dari Indonesia yang cukup terkenal dan berbobot, namun tidak dikenal oleh dunia sebab tidak menulis bukunya dalam bahasa Arab.

 

Ia pun sempat mengusulkan tesis dan disertasi Mahasiswa Indonesia di Mesir agar bisa dicetak dan disebarluaskan

 

Sehubungan itu, Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, Ahsanul Ulil Albab mengatakan kepada Wawasan bahwa hal tersebut adalah saran yang sangat baik. Ia menambahkan, sebenarnya membuat karya tulis itu adalah soft skill dan hard skill, tapi pada akhirnya semua butuh yang namanya networking untuk mendapatkan jaringan agar bisa didistribusikan.

 

Dalam acara yang diadakan di Al-Azhar Conference Center (ACC) ini pula wakil sekjen Dewan masjid Indonesia, Dr. H. Das’ad Latief S.Sos., S.A.g., M.Si., Ph.D mengatakan, “cintailah budaya dan bangsa kita dengan cara kalian masing-masing. Saya sadar  kita belum dilayani oleh negara dengan baik, tapi itu tidak menjadi alasan berhenti mencintai bangsa kita Indonesia, pulang dan jadilah orang besar serta amalkan ilmu-ilmu yang kalian dapatkan di Al-Azhar.”

 

Seminar Kebangsaan (Gambar: dok. Wawasan)

Abdurrahman Al-Azizi selaku ketua panitia dalam acara Seminar Kebangsaan itu mengatakan ada sekitar 40 kiai-kiai yang datang dari Indonesia, mereka merupakan perwakilan dari beberapa pondok pesantren, tetapi masing-masing mereka mempunyai time keeper sendiri yang mengatur jadwal dari tanggal 25 November, sampai tanggal 5 Desember balik ke Indonesia.

 

Adapun, menurut penuturannya, sponsor yang membiayai acara tersebut murni Dewan Masjid Indonesia (DMI), yang diketuai oleh Komjen Pol (P) Dr. Syafruddin, M.Si. sekaligus sebagai inisiator diadakannya acara tersebut.

 

Dari wawancara bersama Presiden PPMI Mesir, ia menginfokan tujuan kedatangan para kiai tidak lain adalah untuk me-muadalah-kan pondok pesantrennya dengan ijazah Al-Azhar, sehingga tidak ada lagi ijazah-ijazah yang bukan berasal dari pondok lain. (Rasul)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar