Breaking News
Loading...

Senin, 27 September 2021

Terjemah Khutbah Duktur Hani Audah di Masjid Al-Azhar

 

Duktur Hani Audah (Gambar: facebook Al-Jami' Al-Azhar)



Jumat (24/9/2021)

 

Allah Swt berfirman : الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu Jadi agama bagimu.” (Al-Maaidah: 3)

Shalawat serta salam limpahkanlah kepada baginda Muhammad, sahabat dan juga keluargannya hingga hari akhir

 

Wahai saudara semuslim, ketika kita meninjau ulang beberapa kejadian yang tercantum dalam beberapa laman koran, atau di beberpa situs di internet, kita akan mendapati berita yang membuat kita geram, kita akan mendapati berita tentang tentang seorang istri yang sengaja membantu suaminya agar suaminya dijelek-jelekkan, akan kita dapati seorang anak membunuh bapaknya, anak yang yang durahaka kepada kedua orang tuanya, seseorang yang tega membunuh saudaranya, pencurian, zina, pasti akan kita dapatkan berita-berita tentang perilaku buruk seperti ini yang sama sekali tidak diridai oleh islam, yang jika hal itu terjadi ditengah-tengah masyarakat, dan kemudian kita bandingkan kejadian-kejadian tersebut dengan jumlah umat muslim di dunia, maka tidak akan kita dapatkan persentasenya.

 

Akan tetapi agama islam adalah agam rida, agama takwa, agama yang terjaga, dan agama yang kaya. Dan hal ini memberi isyarat adanya kekeliruan dalam cara mendidik akhlak, dan jika ada seseorang yang melakukan hal-hal buruk tersebut walaupun dia senantiasa berusaha untuk mendapatkan rida Allah, maka Allah tidak akan pernah memberikan rida-Nya terhadap orang-orang itu. Maka pada siang hari ini saya akan berbicara tentang akhlak yang diridai, kenapa harus akhlak rida? Dan apa keterkaitannya dengan semua yang sudah saya sebutkan?

 

Dengarkanlah sabda baginda nabi Muhammad :

 ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

“Telah merasakan iman siapa yang rida Allah sebagai rabbnya,
Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai rasulnya.” (HR. Muslim).

Coba resapi maknanya, siapa yang rida Allah adalah tuhannya, kata rida adalah tenangnya hati dan berseerah diri terhadap semua perintah Allah, karena dia tahu setiap ia berjalan di dunia ini semua tidak terjadi kecuali atas qadar dan hikmah Allah. Ketahuilah jika ada sekelompok orang ingin mencelakakanmu maka mereka tidak akan bisa mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah ditetapkan Allah, dan jika ada sekelompok orang ingin memberi manfaat kepadamu maka tidak ada yang bisa memberimu manfaat kecuali manfaat yang telah ditetapkan oleh Allah. Perkara-perkara ini hanya Allah yang menetapkannya, dan termasuk perkara iman adalah adalah engkau beriman kepada apa yang ditetapkan oleh Allah, baik itu ada perkara yang baik maupun buruk, manis ataupun pahit. Ibadah hakiki setelah rida adalah engkau tahu untuk apa Allah Swt. menciptakanmu. Allah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ 

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku, Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS Dzariat 56-58)

 

Dan Allah Swt. menyeru kepada orang-orang ini untuk mencintai tanah air, pasangan, anak, ibu dan bapaknya serta menghormati tetangga dan temannya. Kenapa? Karena dia menyalahi perintah Allah Swt. bagaimana cara kalian—wahai manusia, wahai makhluk, wahai hamba, wahai orang lemah—bisa menolak perkara yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.? apakah kalian tidak pernah mendangar firman Allah Swt., “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan. Dia diciptakan dari air (mani) yang  terpancar, yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada. Sungguh, Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup setelah mati).” (QS Thariq 5-8).

 

Cukup, kemudian lihat apa yang kau makan Allah SWT berfirman “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit) kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian.” (QS Abasa 24 -27).

 

Perhatikan dan coba renungkan, kemudian Allah Swt. berfirman “ (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu.” (QS Abasa 32).

 

Kemudian Allah berfirman setelah itu, “Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua).” (QS Abasa 33).

 

Tahukah darimana kamu itu diciptakan? Dari air mani yang terpencar, yang keluar dari antara tulang punggung dan dan tulang dada. Tahukah kau dari mana datangnya makan dan minummu? Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit) emudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya.

 

Kalian tahu bahwasanya Allah memerintahkan untuk senantiasa beribadah kepadanya ketahuilah pada hari ini,  “Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS Abasa 33-37).

 

Kemudian Allah Swt. memanggil mereka “wahai anak cucu Adam, ridalah kalian terhadap apa yang Aku sumphakan kepada kalian maka kau akan menjadi manusia yang paling kaya, tapi jika kau tidak rida dengan apa yang Aku sumpahkan padamu maka akan Ku berikan kau kekuasaan di dunia, engkau lari dan berjalan di atasnya layaknya binatang di alam liar dan tidak akan ada yang engkau dapatkan di sana kecuali kematian dan aku tidak peduli dengan hal tersebut.” kenapa? Dengarkanlah kalam Allah Swt. sampai engkau rida dengan apa yang Allah tetapkan padamu.

 

Yang penting, seorang hamba melakasanakan kewajibannya dan mengambil sebab dan perkara ini kita membutuhkan pembelajaran Rasulullah pun takjub dengan perkara seorang mukmin, perkara seorang mukmin seperti yang sudah saya sebutkan tadi

ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ. رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

“Telah merasakan iman siapa yang rida Allah sebagai rabbnya,
Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai rasulnya.”

 

Iman dan mukmin, iman kuatnya keyakinan dalam hati dan ridho terhadap perkara yang Allah tetapkan padanya. Rasulullah bersabda “aku takjub dengan perkara seorang mukmin. Semua perkara yang ditetapkan padanya pasti terdapat kebaikan, jika dia ditimpa dengan kesulitan dan ia bersabar maka hal itu baik baginya, dan ketika ia ditimpa dengan hal yang baik dan ia bersyukur maka ada kebaikan baginya.”

 

Maka dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa keadaan manusia itu tidak keluar dari 2 hal yaitu; baik jika diuji dengan kenikmatan ia pun bersyukur dan syukur merupakan sifat rida atuapun seseorang yang ditimpa musibah kemudian dia bersabar maka kesabarannya dinilai sebagai rida.

 

Khatib: Duktur Hani Audah

Alih Bahasa: Muhammad Fauzan Adzim Kaharuddin

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar