Breaking News
Loading...

Rabu, 19 Mei 2021

Tanggapi Surat Terbuka untuk Kemenag, Kandidat Magister Al-Azhar: Al-Azhar Tidak Sesederhana Itu

 

Universitas Al-Azhar Kairo (Gambar: arabnews.com)

Wawasan, Kairo- “Dalam surat tersebut, saya membaca seakan bahwa penulis surat membandingkan seleksi ke Al-Azhar dengan kapasitas dirinya yang merupakan penerima nilai mumtaz di pondoknya. Hingga natijah (hasil) logikanya adalah ketika ia mumtaz di pondoknya pastilah ia akan lulus ke Al-Azhar. Padahal, Al-Azhar tidak sesederhana logika itu,” ungkap Halim Bahri Darwis, Lc., Dipl. saat menanggapi Surat Terbuka untuk Menteri Agama yang ditulis oleh Qistina Barizah.

 

Halim menambahkan tanggapan tentang surat yang dimuat di Tribun News tersebut bahwa sudah sering didapatkan orang yang peringkat 1 di pondoknya, tapi tidak lulus tes ke Al-Azhar. Begitupun ketika di Mesir, realita yang dilihat banyak mahasiswa yang dulunya mumtaz atau santri paling berprestasi di pondoknya sebelum ke Mesir, namun di Mesir banyak maddahnya (mata kuliahnya) yang gagal dan nilainya biasa-biasa saja. Namun sebaliknya, banyak yang dulunya waktu di Indonesia biasa-biasa saja, namun saat di Al-Azhar ia menjadi bintang. Jadi, lagi-lagi Al-Azhar tidak sesederhana itu.

 

“Memang sih, seharusnya pemerintah tidak boleh menghalang-halangi warganya untuk menuntut ilmu di mana saja, termasuk menuntut ilmu di Al-Azhar Mesir. Hanya saja, ketika kita melihat dan merenungi realita di lapangan itu, tentu berbeda,” ucap Kandidat Magister tersebut pada Kru Wawasan pada Selasa (18/5) melalui pesan Whatsapp.

 

Halim menjelaskan, jika melihat perilaku Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) akhir-akhir ini, bisa dikatakan 'agak menyimpang' dari yang seharusnya menjadi sifat dan akhlak seorang pelajar Al-Azhar. Salah satunya adalah karena kelonggaran regulasi beberapa tahun terakhir yang diberikan untuk masuk belajar ke Al-Azhar.


Di tengah, Halim Bahri (Gambar: Dok. Wawasan)


Dia menambahkan, meskipun lulusnya seseorang dalam tes seleksi Kemenag tidak menjamin bahwa mereka lebih berakhlak dan bermoral daripada yang tidak lulus. Akan tetapi, setidaknya ada kesan dia menghargai bahwa ia lolos ke Mesir karena ia adalah benar-benar manusia yang dipilih Allah Swt.

 

Halim melanjutkan bahwa jika melihat kondisi sekarang juga sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya. Sekarang dalam masa pandemi Covid-19. Jika dilonggarkan Warga Negara Indonesia (WNI) untuk berangkat ke Mesir, maka jumlahnya yang ada di Mesir akan semakin membeludak dan ini akan semakin menyulitkan penjagaan pemerintah terhadap warganya, khususnya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo.

 

“Kalau tidak percaya, silahkan lihat riwayat siklus jumlah kedatangan WNI, khususnya pelajar 10 tahun terakhir. Maka akan terlihat sekali bahwa kedatangan WNI di Mesir mulai tidak terkontrol,” pungkasnya. (Ryan)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar