Breaking News
Loading...

Sabtu, 27 Maret 2021

Terjemah Khutbah Jumat Syekh Abbas Syawman di Masjid Al-Azhar

 

Syekh Abbas Syawman (Gambar: almasryalyoum.com)

Jumat, (26/3/2021).

Segala puji bagi Allah yang telah berfirman:

قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجۡهِكَ فِي ٱلسَّمَآءِۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبۡلَةٗ تَرۡضَىٰهَاۚ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ لَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُونَ ١٤٤ [سورة البقرة,١٤٤]

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” [Al-Baqarah: 144]

Dahulu Nabi Muhammad Saw. sangat mencintai Mekah dan Kabah yang mulia, kemudian Allah tambahkan kemuliaannya, dan ketika Nabi melaksanakan shalat di sisi kanan Kabah menghadap utara, yaitu ke arah kiblat para nabi sebelumnya,  Masjidilaksa di Palestina. Setelah ia hijrah ke Madinah Munawwarah ia diperintahkan menghadap ke kiblat para nabi tersebut, namun ia sangat rindu dengan Kabah dan sangat menanti kedatangan hari di mana Allah memerintahkannya menghadap Kabah, sampai kemudian Allah mengabulkan keinginannya yang berharga, agar menjadi kiblat bagi seluruh muslimin.

Pemindahan kiblat tersebut dirayakan oleh umat muslim pada bulan Syaban, walaupun ulama berbeda pendapat kapan pastinya peristiwa tersebut, sebagian ulama berpendapat bahwa peristiwa tersebut terjadi di bulan Rajab, sebagian lagi pada bulan Muharram pada tahun yang sama, sebagiannya lagi pada pertengahan bulan Syaban. Namun bagaimanapun perbedaan mereka, ulama bersepakat bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi, bagaimana tidak, hal tersebut tertera di dalam Al-Quran.

Allah menguji hamba-hamba-Nya yang beriman dengan cobaan yang berat, tak ada yang mampu bertahan akan cobaan itu kecuali orang-orang yang memiliki iman yang tertanam kuat dalam hatinya. Allah menguji Nabi Muhammad Saw. dengan peristiwa Isra Miraj, orang-orang yang beriman menerimanya dan orang-orang munafik keluar dari Islam karena lemahnya iman mereka, karena membandingkan peristiwa tersebut dengan perjalanan mereka, “Bagaimana mungkin Rasulullah Saw. mampu memotong jarak tersebut antara Mekah dan Syam kemudian naik ke Sidrah Muntaha dan kembali pada malam yang sama.”

Mereka mengingkarinya hingga keluar dari Islam. Orang musyrik kemudian mencela Nabi dan risalahnya, dan berterus terang kepada sahabatnya yang membenarkan semua perkataannya yaitu Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq, mereka berkata: “Tidakkah kau lihat apa yang sahabatmu katakan?” Sayyidina Abu Bakar bertanya: “Apa yang ia katakan?” Orang musyrik kemudian membalas: “Sahabatmu berkata bahwa ia berperjalanan ke masjidilaksa kemudian kembali di malam yang sama.” Sayyidina Abu Bakar membalas: “Jika ia berkata demikian maka benarlah demikian.”

Begitulah orang beriman yang sesungguhnya, imannya berakar kuat, sementara yang imannya lemah maka mereka keluar dari Islam. Kemudian terjadilah peristwa pemindahan kiblat. Hal yang sama, iman para sahabat diuji, ketika Rasulullah Saw. shalat, kemudian berpindah kiblat, orang-orang yang beriman juga ikut berpindah kiblat secara spontan, bahkan mereka yang jaraknya jauh dari Rasulullah Saw. saat sampai kepada mereka kabar tersebut maka mereka merubah arah ke kiblat yang baru.

Dari Abdullah bin Umar Ra. berkata: “Pada saat orang-orang di Quba melaksanakan shalat subuh datang seorang (sahabat) kemudian ia berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda bahwa ia diberi wahyu berupa Al-Quran dan sungguh ia diperintahkan untuk menghadap kiblat (Kabah), maka menghadaplah ke kiblat tersebut. Merekapun berpindah arah sementara rukuk,  maka para lelaki berpindah ke tempat wanita, dan wanita berpindah ke tempat lelaki, dan kemudian melanjutkan shalat mereka," Beginilah sifat orang beriman.

Adapun perkataan orang beriman (sebagaimana firman Allah):

إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٥١ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٥٢ [سورة النّور,٥١-٥٢]

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan” [An-Nur: 51-52]

Adapun orang-orang musyrik kemudian berkata: “Ia kembali ke kiblat kita (Kabah) maka secepatnya ia akan kembali ke tuhan-tuhan kami, selama Muhammad kembali menghadap Kabah maka kelak ia akan kembali kepada keyakinan nenek moyang kita.” Orang-orang Yahudi berkata: “Dia berpaling dari kiblat para Nabi (Masjidilaksa) berarti dia bukan Nabi, jikalau dia adalah Nabi maka tidaklah ia berpaling dari kiblat para nabi.”

Orang-orang munafik berkata: “kenapa kita shalat menghadap Masjidilaksa, dan  kemudian menghadap kabah? Jika kiblat yang kedua yang sah, berarti kita pernah berada dalam kebatilan. Jika benar adanya, bagaiman dengan muslim yang mati saat menghadap Masjidilaksa, dan mereka tidak mendapati kiblat yang sah, dan jika yang kiblat pertama yang sah berarti dia sekarang berada dalam kebatilan.” Maka keluarlah mereka dari golongan orang-orang beriman.

Inilah maksud Allah Swt. dari ujian ini, Allah Swt. tidak menerima mereka yang melaksanakan ibadah secara formal sedangkan iman mereka labil, karena iman terpaut dalam hati dan dibenarkan oleh amal. Amal perbuatan adalah cermin bagi yang ada dan terpatri di dalam sanubari orang-orang beriman. Mereka mematuhi dan menerima, selama itu telah ditetapkan dan mereka diperintahkan menghadap kepada-Nya.

Peristiwa pemindahan kiblat salah satu ujian dari sekian banyak ujian yang telah dilalui oleh orang-orang beriman, dan ujian ini tidak hanya diperuntukkan kepada umat Nabi Muhammad Saw., bahkan semua nabi diuji. Nabi Ibrahim As. mendapat ujian berat yang bertubi-tubi, dia menua tanpa kehadiran seorang anak, dan ketika ia mendapatkan anak ia sangat senang akan kehadirannya, akan tetapi ia diperintahkan meninggalkannya di daerah kering kerontang bersama dengan ibu anak tersebut, maka ia memenuhi perintah-Nya. Tatkala anak tersebut kembali kepadanya di usia remaja, ia diperintahkan menyembelihnya, maka ia menyegerakan perintah Allah Swt..

 وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ ١٠٧ [سورة الصّافّات,١٠٧]

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar [As-Saffat: 107]

Dan Nabi Ismail seorang anak remaja menerima apa yang amat ditakuti oleh orang dewasa, ia berkata kepada bapaknya:

...يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢ [سورة الصّافّات,١٠٢]

"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" [As-Saffat: 102]

Tak ada orang lain yang diuji seperti ini, hatinya kokoh tak terguncang, ia keluar dari Mekah, ia menjadi bapak bagi para nabi. begitupun para Nabi lainnya, kesemuanya menjalaninya dengan sabar. Mereka diuji dengan sikap ingkar kaumnya, mereka bersabar dan tidak terburu-buru, maka bertaubatlah wahai orang-orang beriman agar kalian beruntung!

Saat di bulan Syaban, banyak orang-orang sekarang ini membahas tentang  perkara-perkara yang tertera dalam sunnah Nabi Saw. seperti puasa, maka banyak riwayat yang dinukil oleh kitab-kitab sunnah. Pada hakikatnya riwayat-riwayat tentang bulan Syaban merupakan hadis yang di-Dhaif-­kan oleh ulama, akan tetapi hal yang disepakati bahwa Syaban merupakan salah satu bulan Allah, ada amal dalam bulan tersebut dianjurkan. Dan riwayat yang paling Shahih tentang bulan Syaban riwayat dari Sayyidah Aisyah  Ra. dalam Shahih Muslim:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ  حَتَى نَقُولَ لَا يُفطِرُوَيُفطِرُ حَتَى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ استَكمَلَ صِيَامَ شَهرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيتُهُ فِي شَهرٍ أَكثَرَ مِنهُ صِيَامًا فِي شَعبَانَ

“Sudah biasa Rasulullah Saw. berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan berbuka terus, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw. menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan. Dan Aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak ketika bulan Syaban.”

Amal Saleh dituntut setiap bulannya, dan bulan Syaban adalah saat kita bersiap menghadapi Ramadhan, anjurannya bertambah banyak agar tidak memberatkan kita dalam ibadah pada bulan Ramadhan, kita dianjurkan membiasakan diri beribadah di masjid-masjid dengan melaksanakan protokol kesehatan sehubung bahaya yang mengintai. Takkala orang-orang pada bulan Ramadhan memenuhi Masjid, maka sudah sepatutunya kita membiasakan diri sejak saat ini juga, dan kita memohon kepada Allah agar Masjid tetap menjadi tempat ibadah pada Ramadhan. Tidak masalah melaksanakan ibadah di rumah, karena Rahmat Allah pada shalat yaitu selama ia dilaksanakan, baik di rumah, di jalan maupun di Masjid, shalat tersebut tetap diterima walaupun shalat wajib.

Marilah kita memohon kepada Allah Swt. memberkati kita dengan bulan Syaban, dan mempertemukan kami dengan Ramadhan dan menjadikan kita orang-orang yang melaksanakan puasa dan shalat sebagaimana seharusnya dilaksanakan, Ya Allah angkatlah murka-Mu terhadap kami, dan jadikanlah Mesir ini sebagai tempat yang aman, dan bagi yang menginginkan keburukan terhadap Mesir jadikanlah rencana mereka sebagai kehancuran bagi mereka Ya Rabbal Alamin, jadikanlah Mesir negeri yang aman dan menenangkan, sesungguhnya Engkau mampu akan semua keinginan-Mu, dan Engkaulah yang pantas memjawabnya.

Alih Bahasa: Dwi Putra Amrah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar