Breaking News
Loading...

Kamis, 14 November 2019

Empat Sehat Lima Sakit

Oleh: Fikri Haiqal Arif
Empat sehat lima sempurna adalah sebuah slogan kampanye pemerintah pada tahun 1950-an untuk mengenalkan pola makan sehat kepada masyarakat Indonesia. Slogan ini dipopulerkan oleh guru besar ilmu gizi pertama di Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo. Karena pada saat itu standar menu sehat belum ada acuannya, dicanangkanlah konsep empat sehat lima sempurna. Bertujuan untuk mengenalkan bahwa dalam tiap hidangan minimal harus terdapat sumber karbohidrat, protein, sayur, lauk hewani, dan susu sebagai pelengkapnya.
Akan tetapi jargon ini hanya mampu eksis sampai pada tahun 1990-an. Karena dianggap sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan keilmuan. “Dulu kita punya slogan 4 sehat 5 sempurna, namun dalam perkembangan ilmu gizi tidak cukup tepat untuk mengakomodir perkembangan ilmu yang baru. Kalau hanya bicara 4 Sehat 5 Sempurna tanpa keseimbangan itu tidak cukup,” kata Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan Anung Sugihantono dalam konferensi pers acara Forum Pangan Asia Pasifik pada tahun 2017. Dan kini tergantikan dengan konsep baru “Isi Piringku” yang memuat 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Dan pola makan ini disarankan untuk membarenginya dengan minum air putih yang cukup, aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, dan mengukur tinggi dan berat badan yang sesuai agar dapat mengetahui kondisi tubuh.
Namun, maksud pada tulisan ini tidak jauh mengulas tentang gizi masyarakat di Indonesia. Tapi lebih mengenai pola hidup sehat para Mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir yang cukup mengkhawatirkan. Hal ini jika tak segera disadari, maka bisa saja Masisir yang sakit lebih banyak dibandingkan dengan Masisir yang sehat. Masih banyak di kalangan Masisir yang tak menomor-satukan perkara kesehatannya, entah belum mendapatkan bimbingan mengenai tuntunan hidup sehat atau pun memang tak acuh tentangnya. Dalam acara peluncuran Gerakan Sehat Masisir (GESAMI), dipaparkan data bahwa terhitung 17 orang Masisir meninggal dunia dalam kurun waktu tiga tahun (2016-2019). Sepuluh diantaranya disebabkan karena sakit dan tujuh orang meninggal karena kecelakaan.
Dari jumlah terenggutnya nyawa yang lebih banyak dikarenakan terserang penyakit, oleh sebab demikian tergambarkan mengenai bagaimana pola hidup Masisir yang kurang sehat. Setelah penulis melakukan survei kepada 130 responden, ada 43 Masisir yang turut memberikan tanggapan mengenai pola hidup Masisir. Beberapa contoh kebiasaan yang dimasukkan kepada keseharian Masisir sebagai berikut beserta data yang terbubuhkan:
1.                Waktu tidur yang tidak teratur
Mengenai hal menahan kantuk, tidak begitu ditekankan untuk tidak melakukannya. Hal ini boleh saja dibenarkan ketika di sana ada faedahnya, semisal muzakarah dan murajaah pelajaran dari kuliah dan talaki. Namun, kadangkala ada yang belum dapat memanfaatkan waktu begadangnya hingga apa yang sebenarnya hanya sebatas hiburan berubah fungsi menjadi sebuah keharusan. Game yang pada hakikatnya untuk bersantai sedikit, malah membersamai hingga subuh menjelang. Begitupun film dan drama korea yang tak ada habisnya tetap hadir menemani setiap pagi, siang, dan malam. Kedua contoh ini yang kadang menjadi bahan untuk begadang hingga merusak jadwal tidur yang harus dibayar pada pagi harinya, entah tidur di flat ataupun di kuliah saat Duktur memberikan penjelasan. Terhitung 20 orang yang menyarankan kepada Masisir untuk mengatur baik jadwal tidurnya.
2.                Pola makan yang tidak teratur
Masisir dengan berbagai kesibukannya kadangkala abai terhadap jadwal makan. Pagi sibuk di kuliah hingga sarapan biasanya dijamak dengan makan siang jika sempat. Siang sampai sore dengan jadwal talaki, terpaksa harus menunda makan siang dan menggabungnya dengan makan malam. Belum lagi jika di malam harinya ada kegiatan organisasi, berarti makan malam harus menunggu hingga acara usai. Ini adalah salah satu contoh kasus yang kerap dijalani Masisir. Data yang kami kumpulkan, dari 43 masisir terhitung 8 orang yang memiliki riwayat sakit maag. Dan sekitar 21 orang menyarankan untuk memperhatikan pola makan yang teratur bagi Masisir.
3.                Tak acuh dengan kebersihan
Kebersihan sebagai penunjang besar kesehatan menjadi hal yang tak terurus bagi sebagian Masisir, termasuk kebersihan diri dan tempat tinggalnya. Memasuki musim dingin, air malah menjadi semakin dingin layaknya air yang dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Hal ini membuat sebagian Masisir malas untuk mandi, bahkan ada yang mandinya hanya pada hari jum’at dalam sepekan. Begitupun kebersihan tempat tinggal yang kadang tak terjaga, debu dimana-mana, kutu busuk di kamar tidur, dan sur-sur (kecoa) bergerumung di dapur. Dengan hal tersebut, 9 orang dari responden memberi tanggapan bahwa Masisir harus menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
4.                Kurang Olahraga
Dengan seabrek kegiatannya, tiap hari masih tetap menyisakan sebagian Masisir yang mager, termasuk mereka yang malas untuk meregangkan badan dengan berolahraga. Meskipun ada segolongan orang yang tidak hobi dalam berolahraga, tapi tubuh mempunyai hak untuk berkeringat minimal sekali dalam seminggu. Hal ini terbantukan dengan data 11 orang yang menyarankan olahraga kepada setiap Masisir.
5.                Makan-minum yang kurang bersih dan sehat
Di era revolusi industri 4.0 saat ini banyak mempengaruhi setiap sistem kehidupan. Hampir semuanya masuk pada kategori yang membutuhkan kecepatan dan kemudahan. Umum para Masisir mengetahui adanya ‘Gelas Seribu Mulut’ yang dijajakkan di pinggir jalan. Untuk hal kebersihannya dapat dipertanyakan, adakalanya mesti diperhatikan dan ditakutkan ada orang yang terkena virus TBC telah memakainya. Sehingga menyebabkan virusnya dapat menular ke orang lain. Tanpa terkecuali Masisir yang memiliki segudang kesibukan, kadangkala diharuskan memakan makanan cepat saji. Salah satu contohnya hampir setiap hari mengonsumsi mi instan dan hampir tiap acara atau pun rapat kadang ditemani minuman bersoda. Artikel mengenai dampak bahaya mengonsumsi makan dan minum cepat saji sudah banyak tersebar. Terlebih lagi dengan pengakuan orang terdekat salah satu Masisir yang meninggal disebabkan komplikasi  penyakit memiliki kebiasaan meminum minuman bersoda. Sehingga keliru jika yang diperhatikan ketika makan hanyalah kuantitasnya, padahal yang perlu diperhatikan lainnya adalah kualitas kebersihan dan kesehatan dari makanan tersebut. Terhitung 17 orang yang menganjurkan perhatian baik pada makanan dan minumnya.
Ilustrasi salah satu depot air minum "Gelas Seribu Mulut" yang tersebar di berbagai tempat umum di Kairo. (Sumber: Facebook)

Setelah memaparkan beberapa kebiasaan buruk di atas, ada kiranya setiap Masisir segera memperhatikan lalu meningkatkan kualitas pola hidup sehatnya. Dimulai dari kesadaran diri bahwa sehat itu penting lalu mengajak yang lainnya. Agar diharapkan jumlah perbandingan antara Masisir yang sakit dan sehat seperti pada judul tulisan ini tidak terjadi. Dan begitupun nantinya, ketika Masisir sudah kembali ke Tanah Air tetap memiliki tubuh sehat dan prima. Karena apalah guna menjadi ustaz-ustazah dengan ilmu yang mumpuni, tapi sakit-sakitan disebabkan di waktu muda  acuh tak acuh terhadap kesehatan dirinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar