Breaking News
Loading...

Minggu, 06 Oktober 2019

BKA Adakan Diskusi Panel, Cari Solusi Terkait Konflik di Indonesia

Suasana Diskusi Panel. (Dok. Panitia)

Wawasan, Kairo–
Jumat 4 Oktober 2019, BKA (Badan Koordinasi Almamater) yang merupakan badan otonom Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir melaksanakan acara Diskusi Panel yang bekerja sama dengan almamater-almamater Sulawesi di Mesir, diantaranya IADI, FK-Baiquni, HIKMAT, IKAKAS, dan IKA al-Ikhlas. Diskusi yang dilaksanakan di Baruga tersebut mengusung tema Konflik Horizontal di Indonesia: Mencari Jalan Terbaik. Terdiri dari dua pemateri dan enam panelis yang merupakan utusan terbaik dari almamater-almamater Sulawesi di Mesir.

Banyaknya konflik yang terjadi di Indonesia seperti konflik Poso, konflik Papua, bahkan konflik antar suporter bola membuat warga KKS melaksanakan acara Diskusi Panel agar mampu mengambil 'ibrah dan jalan terbaik untuk mengatasi konflik yang ada di Indonesia sebagai bentuk rasa tanggung jawab, saling memiliki dan bahu membahu sebagai bangsa Indonesia.

Salah satu penyebab konflik horizontal adalah rasisme yang terjadi di tengah masyarakat sebagaimana pemaparan Muh. Yusuf Perdana sebagai pamateri mewakili almamater IADI, ia mengambil contoh konflik yang terjadi di Papua akibat orang luar Papua menganggap diri mereka berbeda dengan orang Papua, “Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah rasial atau kita kenal dengan rasisme, menganggap diri kita berbeda (lebih baik) dari yang lain.” Ujar Yusuf Perdana.

Menurut Yusuf, terlepas dari jalan pemerintah sebagai pemersatu rakyat, jalan terbaik untuk masalah konflik terutama di Papua adalah kita sebagai saudara, sebangsa dan setanah air harus saling mengayomi dan memerhatikan, “Kita harus saling mengayomi dan memerhatikan orang yang ada disana,” ujarnya.

Ibnul Araby sebagai pemateri mewakili almamater IKA al-Ikhlas mengatakan, konflik yang terjadi di Indonesia karena pemahaman kita terhadap nasionalisme yang tercederai oleh rasisme, “Nasionalisme yang dijunjung tinggi Indonesia bukan berdasarkan ras melainkan justru menghargai keberagaman,” ungkap Ibnul. 

Berbeda dengan Yusuf, Ibnul mengambil contoh konflik yang terjadi di Aceh. Dimana ketika pemerintah mengkhianati perjanjian yang telah disepakati bersama dengan warga Aceh hingga menimbulkan rasisme, “Adanya tindakan rasisme yang hadir karena adanya ketidakadilan , kurangnya ketidakadilan pemerintah kita dan adanya daerah yang dianaktirikan.” Imbuhnya.

 Menurut Ibnu, langkah awal kita menghadapi konflik adalah dengan menumbuhkan nasionalisme dalam diri kita, “Yang perlu kita pahami dan pelajari bahwa, bagaimana kita menumbuhkan nasionalisme dalam diri kita,” ujarnya.
 
Foto bersama Pemateri, Panelis, dan Moderator. (Dok. Panitia)
Tidak cukup dengan penjelasan kedua pemateri. Ahmad Rusyaid selaku panelis mengatakan bahwa konflik di Papua terjadi karena pemerintah yang acuh terhadap masalah disana, “Konflik yang terjadi di Papua sekarang adalah bentuk kegagapan pemerintah dalam mengatasi rasisme”. Dan menurut Rusyaid solusi mengatasi konflik yaitu salah satunya dengan nasionalisme, “Bukan pemahaman nasionalisme yang perlu kita dalami, tapi tindakan (aplikasi) pada nasionalisme tersebut”.

Adapun menurut Ismail salah satu panelis, terjadinya konflik karna Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau dan solusi mengatasinya adalah dengan pengenalan kultur, “Latar belakang terjadinya konflik karena Indonesia terdiri dari berbagai pulau, maka solusinya adalah pengenalan kultur untuk mencegah dari hal yang awal tadi.” Tambahnya.

Akmal Jamaluddin sebagai salah satu panelis juga memberikan solusi untuk mengatasi konflik yaitu dengan memisahkan dan mengumpulkan mereka. “Ada dua hal yang dapat menjadi solusi. Yang pertama: Jika ada kelompok yang saling berselisih maka langsung dipisahkan dari wilayah tersebut jika memang tidak bisa disatukan, kemudian (hal itu kembali kepada) bagaimana cara kita mengumpulkan mereka dalam suatu wilayah tanpa ada konflik atau tanpa ada pertikaian”.

 Adapun solusi lain yang ditawarkan panelis adalah mencegah konflik sebelum terjadi serta mencari oknum yang membuat konflik atau oknum yang menunggangi konflik yang ada, “Kalau gerakan ini ditunggangi, cari penunggangnya.” Ujar Icuk Sugiarto. (Ammar)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar