Breaking News
Loading...

Rabu, 13 Maret 2019

Sunan Bonang; Dakwah Melalui Media Musik

 
Oleh: Risqa Fadhila

Raden Maulana Makdum Ibrahim atau yang dikenal dengan Sunan Bonang, merupakan putra dari Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 Masehi, beliau juga merupakan cucu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim yang jika di teruskan akan bertemu dengan silsilah Nabi Muhammad Saw. 

Disebutkan dari berbagai literatur, sejak kecil Sunan Bonang telah dibekali ajaran agama Islam oleh ayahnya dengan tekun dan disiplin. Ketika beranjak remaja beliau pergi ke Negeri Pasai untuk menuntut ilmu agama kepada Syekh Maulana Ishaq. Beliau juga belajar kepada para ulama besar yang banyak menetap di sana. Seperti ulama ahli tasawuf yang berasal dari Baghdad, Mesir, Arab, dan Iran.

Sepulangnya dari Negeri Pasai, beliau diperintahkan oleh ayahnya untuk melakukan dakwah di daerah Tuban, Jawa Timur. Beliau kemudian mendirikan pondok pesantren sebagai pusat dakwah dan menyebarkan agama Islam melalui penyesuaian adat Jawa. Sebagai wali Allah Swt, Sunan Bonang banyak dianugerahi ilmu yang tinggi sehingga tidak heran banyak santri beliau yang datang dari berbagai penjuru Nusantara. 
  
Sunan Bonang merupakan salah satu dari sembilan wali atau lebih dikenal dengan istilah walisongo yang berperan penting dalam menyiarkan Islam di Indonesia. Sebelum Islam sampai di Indonesia masyarakat banyak menganut ajaran Hindu dan Budha. Untuk itu, selain dengan mendirikan pesantren, beliau juga  mengenalkan Islam dengan pendekatan unik yang bersifat lebih kepada akulturasi budaya. Seperti pertunjukan wayang dan memainkan gamelan atau alat musik bonang, inilah yang mendasari pemberian gelar 'Sunan Bonang' kepada beliau. Beliau memiliki cipta rasa seni yang tinggi dalam  pentas pewayangan. Bagaimana tidak, beliau adalah sosok dalang yang piawai dalam menarik dan membius penonton. Aransemen yang dimainkan terdapat nuansa zikir. Lagu yang diciptakan untuk mengiringi pertunjukan wayang diisi dengan pesan-pesan agama Islam yang dapat membangkitkan kecintaan pada kehidupan transendental bagi yang mendengarnya. Masyarakat pun  menerima dakwah beliau dengan senang hati tanpa perlu dipaksa. Setelah berhasil menarik simpati mereka, maka tinggal menyampaikan dakwah secara mendalam. Begitulah metode  beliau yang dijalankan dengan penuh kesabaran demi membentangkan agama Allah.  

Selain itu, Sunan Bonang juga banyak mengubah karya  sastra berbentuk tembang dan suluk. Salah satu karya beliau yang legendaris adalah tembang Tombo Ati yaitu obat hati atau penyembuh jiwa yang masih dilantunkan hingga sekarang. Sedangkan di antara suluk atau primbon Sunan Bonang yang terkenal adalah suluk wujil, di dalam syairnya terdapat dua makna, yang pertama yaitu peralihan agama Hindu menjadi agama Islam dan yang kedua menjelaskan perenungan ilmu sufi, yaitu ilmu yang mempelajari konsep ketuhanan dan perbendaharaan yang dimiliki-Nya. Beberapa karya suluk beliau disimpan rapi di perpustakaan Laiden, Belanda. Sunan Bonang juga menulis sebuah kitab yang mencakup ilmu tasawuf yang berjudul Tanbiih al-Ghaafiliin. Maka tidak heran jika beliau dikenal dan dihormati oleh banyak orang. 

Menurut beberapa sumber, atas izin Allah Swt Sunan Bonang pernah menaklukkan seorang pemimpin perampok beserta anak buahnya dengan menggunakan tembang dan gending. Ketika gending ditabuh mereka tidak bisa berkutik hingga akhirnya mereka mengaku kalah kemudian bertaubat dan  menjadi murid beliau.

Pada tahun 1525 Masehi, di usianya yang ke-60 tahun Sunan Bonang kembali keharibaan-Nya setelah puluhan tahun mengabdikan diri berdakwah dengan strategi yang unik. Berita tentang kematian beliau dengan cepat tersebar di seluruh tanah Jawa. Para murid beliau yang berasal dari berbagai penjuru berdatangan untuk melakukan penghormatan terakhir. Beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Agung Tuban. Semangat dan jasa Sunang Bonang dikenang sepanjang masa. 

Banyak hikmah yang bisa diambil dari perjalanan hidup Sunan Bonang. Diantaranya bahwa ada banyak cara untuk menyiarkan agama Islam yang mudah diterima oleh masyarakat tanpa paksaan, cacian dan makian. Berdakwah dengan mengetahui situasi dan kondisi dalam suatu daerah sangat membantu untuk menarik perhatian utamanya di zaman milenial ini. Tentu tidak keluar dari koridor Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar