Breaking News
Loading...

Senin, 29 Oktober 2018

Penuhi Sumpahmu, Pemuda!

sumber gambar:(https://4.bp.blogspot.com/-y8EIdfl-f64/WfKldD5IX1I/AAAAAAAADIk/VEybCx_4ztEhhbRWNiEnoF9G4jRQpoQYQCLcBGAs/s1600/Ucapan-Hari-Sumpah-Pemuda-2015.jpg)
Oleh: Muhammad Surya Munir

Sejarah dunia adalah sejarah kaum muda. Saat kaum muda mati suri dalam pergerakannya, maka mati pula sejarah bangsa. Sebab, tidak ada sejarah bangsa tanpa sejarah kaum muda.

Dalam kompleksitas kehidupan bangsa Indonesia sendiri, kaum muda tidak bisa disepelekan peranan serta andilnya. Pemuda dengan semangat yang berapi-api, selalu hadir dengan segala romantisme perjuangannya. Dalam sejarahnya, pemuda selalu menjadi penggerak kebangkitan dan perubahan yang nyata.

Konsep dan tindakan kaum muda ditakdirkan untuk menjadi pemain utama. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas kegemilangan, bahwa dari dulu sampai sekarang, kaum muda selalu menjadi bagian dari unsur-unsur pelaku perubahan di negeri ini.

Sejak masa awal Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, hingga masa awal Orde Baru 1966 dan Orde Reformasi 1998. Kaum muda dengan semangat serta idealisme yang tinggi, senantiasa memberi kontribusi positif terhadap dinamika perkembangan dan pembangunan bangsa ini. Hemat penulis, tidak dapat dinegasikan, bahwa kaum muda adalah lokomotif perjuangan dan perubahan bangsa bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju kejayaan yang hakiki.

Sumpah Pemuda adalah salah satu dari sekian banyak prestasi kaum muda terhadap bangsa ini. Pada 28 oktober 1928 silam, berlangsung kongres ke II Pemuda Indonesia. Hal ini menjadi cikal bakal gerakan progresif pemuda yang berujung pada deklarasi juang. Mereka hadir dengan perbedaan yang kental. Agama yang berbeda, suku yang berbeda, dan bahasa daerah yang berbeda pula. Demi kepentingan nasional, kaum muda sepakat untuk berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu, Indonesia!

Sumpah Pemuda merupakan pijakan sejarah yang penting. Melalui Sumpah Pemuda, penghuni bumi pertiwi diingatkan agar tetap menjaga Indonesia. Konsistensi ke-Indonesia-an kita, kita telah diikrarkan dalam Sumpah Pemuda. Dalam Sumpah Pemuda itu sendiri, perbedaan agama, suku, bahasa dan ras merupakan harga mati.

Sumpah Pemuda tidak hanya ritus semu nir-makna. Namun, hal yang paling penting adalah merawat dan menerapkan nilai-nilai yang termaktub dalam Sumpah Pemuda. Dalam konteks kaum muda, Sumpah Pemuda adalah jembatan kesadaran eksistensi diri. Para kaum muda harus sadar akan tugas dan kewajibannya, menjaga dan terus merawat ibu pertiwi. 

Kini, kondisi bangsa telah banyak berubah. 90 tahun pasca Sumpah Pemuda, kondisi kaum muda pun berbeda. Rasa cinta terhadap negeri tak sekuat dulu. Dalam hal budaya misalnya, pemuda masa kini barangkali lebih hafal dan lebih mengenal budaya asing dibanding budaya sendiri. Ramai pemuda masa kini mengandrugi budaya Korea, Jepang, dan lainnya, lalu lupa akan budaya Indonesia atau budaya di daerahnya sendiri.

Dalam hal pendidikan pun seperti itu. Sistem pendidikan melahirkan jebolan-jebolan yang memiliki segudang pengetahuan dan keterampilan, namun bertipikal individualis-pragmatis. Apatis terhadap pentingnya pengabdian terhadap bangsa serta kebermanfaatan ilmu mereka dalam memecahkan permasalahan yang mendera masyarakat banyak. Sehingga orientasi sebagian besar dari kaum terdidik kurang lebih hanya soal bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sendiri, kebutuhan orang lain apalagi khayalak tak mau peduli.

Sadarkah kita sedang dijajah kembali zaman sendiri? Terasa mengkhianati sumpah kita sebagai pemuda. Dimana bangsaku yang bersumpah untuk satu? Dimana bahasaku yang kini makin terpelanting karena bahasa asing?

Kawan, aku bukan seorang patriotis atau nasionalis. Hanya sedikit merenung tentang dedikasiku bersama ribuan pemuda dalam usia tanggung. Dalam beberapa paragraf ini, penulis berharap dapat membangunkan jiwa muda yang tengah terkapar ditembaki amunisi globalisasi, hingga mengalami krisis ideologi.

Tak salah untuk sedikit melupakan orang tua yang berada di kursi parlemen sana, yang tak kunjung berhenti membuat frustasi dengan iming-iming janji dan reputasi. Kita adalah generasi pemuda yang mampu hidup mandiri dan menata hidup sendiri. Kita genarasi yang mampu hidup dalam bahagia dari hati yang tidak pernah setengah hati. Kita generasi yang mampu menang tanpa harus mengharap ribuan piala.

Di momen 90 tahun Sumpah Pemuda ini, sudah saatnya kaum muda kembali memaknai Sumpah Pemuda, berefleksi dan membayangkan bagaimana dulu para pemuda dari berbagai daerah berkumpul untuk bangsa Indonesia. Mari kembali ke ribaan perjuangan. Tanggalkan mental apatis dan pragmatis kalian.
Khususnya kaum muda yang terdidik, harus mengambil sikap. Sudah seharusnya mulai melakukan sesuatu untuk kepentingan bangsa sesuai dengan latar belakang studinya masing-masing, dalam ranah keilmuannya masing-masing. Sebab dengan begitu, perubahan bangsa menjadi mungkin dan realistis untuk dilakukan. Gerakan perubahan oleh genarasi muda yang nyata, spesifik dan efektif.

Bangun kaum muda, bangun kaum pembaharu. Siapapun kalian, berasal dari suku manapun, agama dan kepercayaan apapun. Selama kalian pemuda Indonesia, dengan segala semangat, potensi dan keaktifan kalian, bukan sebuah kemustahilan Indonesia dapat menjadi negara yang lebih maju dan berkembang pesat. Olehnya itu, Penuhi Sumpahmu, Pemuda!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar