Breaking News
Loading...

Jumat, 16 Oktober 2015

Tana Toraja dan Eksotika Berbalut Mistik



Indonesia adalah Negara yang memiliki kekayaan yang sangat melimpah,dari kekayaan alam yang tertimbun serta kekayaan pariwisata yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Di antara kekayaan pariwisata tersebut, mungkin kita akan terpesona dengan salah satu lokasi pariwisata yang menjadi andalan propinsi Sulawesi Selatan yaitu Tana Toraja.

Tana Toraja merupakan salah satu obyek wisata yang terkenal dengan kekayaan budayanya. Kabupaten yang terletak sekitar 350 km sebelah utara kota Makassar ini sangat terkenal dengan bentuk bangunan rumah adatnya. Rumah adat ini bernama tongkonan yang menjadi satu ikon kebanggaan Tana Toraja. Atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun bertumpuk, namun saat ini sudah banyak yang menggantinya dengan seng. Tongkonan ini juga memiliki strata sesuai dengan derajat kebangsawanan di masyarakat seperti strata emas, perunggu, besi dan kuningan.
Rumah Adat Tongkonan Tana Toraja Sulawesi Selatan

Memasuki Tana Toraja, anda akan langsung menikmati pemandangan alam yang sangat mengagumkan, mulai dari pemandangan batu grafit dan jenis batuan lainnya serta pemandangan pegunungan yang menghijau. Dari kejauhan, setelah melewati pasar Mebali akan terlihat pemandangan kawanan domba ternak yang kontras dengan padang rumput hijau. Limpahan makanan di tanah tropis ini semakin menegaskan bahwa Tana Toraja adalah tanah surga dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya.

Ada banyak hal yang sangat menarik dari Tanah Toraja, salah satunya adalah upacara adat Rambu Solo yaitu upacara pemakaman jenazah yang sudah masyhur selama ini. Diantara keunikannya, kuburan bayi di atas pohon Tarra di Kampung Kambira, Kecamatan Sangalla, sekitar 20 kilometer dari Rantepao, yang disiapkan bagi jenazah bayi berusia 0 - 7 tahun. Meski mengubur bayi di atas pohon Tarra itu sudah tidak dilaksanakan lagi sejak puluhan tahun terakhir, tetapi pohon tersebut masih tetap tegak dan banyak dikunjungi wisatawan.

Di atas pohon Tarra yang buahnya mirip buah sukun dengan lingkaran batang pohon sekitar 3,5 meter itu, tersimpan puluhan jenazah bayi. Sebelum jenazah dimasukkan ke batang pohon, terlebih dahulu pohon itu dilubangi kemudian mayat bayi diletakkan ke dalam kemudian ditutupi dengan serat pohon Kelapa berwarna hitam. Setelah puluhan tahun, jenazah bayi itu akan menyatu dengan pohon tersebut. Ini menjadi satu daya tarik tersendiri bagi para pelancong.  Bagi masyarakat Tana Toraja, pohon tersebut tetap dianggap sebagai tempat suci seperti anak yang baru lahir.

Pohon Tarra  dengan Lingkaran Batang Pohon sekitar 3,5 meter, Tersimpan Puluhan Jenazah Bayi.
Penempatan jenazah bayi di pohon ini juga disesuaikan dengan strata sosial masyarakat. Makin tinggi derajat sosial keluarga itu maka makin tinggi pula tempat bayi yang dikuburkan di batang pohon Tarra tersebut. Bahkan, bayi yang meninggal dunia diletakkan sesuai arah tempat tinggal keluarga yang berduka. Kalau rumahnya ada di bagian barat pohon, maka jenazah anak tersebut juga akan diletakkan di sebelah barat.

Bagi sebagian pengunjung,  ada berbagai event menarik  yang bisa dinikmati di kawasan wisata ini, selain upacara Rambu Solo, juga ada Rambu Tuka (pesta syukuran) yang merupakan upacara tetap tiap tahun. Selain event tersebut, para pengunjung bisa melihat dari dekat obyek wisata budaya menarik lainnya seperti penyimpanan jenazah di penampungan mayat berbentuk “kontainer” raksasa dengan lebar 3 meter dan tinggi 10 meter serta Tongkonan yang sudah berusia 600 tahun di Londa, Rantepao.
Penyimpanan Jenazah di Penampungan Mayat dengan Lebar 3 meter dan Tinggi 10 meter.

Anda jangan sampai ketinggalan untuk mengunjungi pasar tradisional. Disini anda akan menemukan biji kopi khas Toraja (seperti Robusta dan Arabica), buah-buahan seperti Tamarella atau Terong Belanda, dan ikan mas. Selain pasar tradisional, kita juga wajib mengunjungi Batu Tomonga yang artinya batu mengarah ke awan. Di tempat ini kita bisa melihat banyaknya batuan vulkanik yang bermunculan dari hamparan sawah dan beberapa batu raksasa yang membentuk gua-gua . Benar-benar pemandangan yang indah dan menjadikan Tana Toraja terlihat subur dan hijau. Palawa adalah salah satu tempat yang juga bagus untuk dikunjungi. Disana ada sebuah Tongkonan, kawasan penguburan, dan tempat untuk melakukan upacara atau festival.
Batu Tomonga yang Menjulang ke Langit
Luar biasa dan memuaskan, mungkin merupakan dua padanan kata yang pantas menggambarkan kondisi Tana toraja. Luar biasa karena daya eksotika alam yang sangat indah, memuaskan karena bisa menikmati suguhan tradisi budaya warga setempat yang mungkin jarang kita jumpai di daerah manapun di Indonesia.

Penulis yang kebetulan pernah mendapat kesempatan berkunjung ke Tana Toraja ini memang mengakui eksotika pemandangan alam dan kebudayaan setempat, namun di sisi lain, ada satu hal yang membuat hati penulis pilu dan gundah. Di daerah tersebut, hampir tidak dijumpai simbol bahkan tempat yang bernuansa islami. Bukan berarti karena sebagian besar kabupaten adalah bagian dari daerah yang memiliki penduduk yang mayoritas beragama Kristen, akan tetapi peran serta para dai yang seharusnya ikut andil dalam pembangunan ummat di daerah tersebut perlu dipertanyakan. Bukankah Islam adalah agama penerang bagi semua insan?

Oleh karena itu, cepat atau lambat sinar Islam sudah sepantasnya merambah hingga ke daerah tersebut. Bagaimanapun Tana Toraja adalah bagian dari bumi Allah. Sudah selayaknya daerah ini mendapatkan perhatian lebih dari pihak yang berwenang, baik dari unsur pemerintah maupun unsur  cendekiawan muslim yang diharapkan mampu menancapkan pilar-pilar keislaman di bumi Tana Toraja. Adalah keindahan itu bukan untuk dipertuhankan, melainkan untuk disyukuri. Bukan waktunya lagi semua keindahan itu harus di balut dengan kesan mistis semata.

Oleh : Rahmat
Sumber :Dewan Redaksi Wawasan 2009-2010