Breaking News
Loading...

Selasa, 18 Agustus 2015

Mengapa Kita Gagal?

Optimalisasi pemberdayaan Alumni timur tengah di Indonesia, ini tema acara penutupan loka karya beberapa tahun lalu. Dr. Marwah Daud Ibrahim yang hadir di acara itu mengkritisi tema ini. Beliau tidak setuju jika kita mengatakan alumni timur tengah diberdayakan. Mahasiswa timur tengah bukan lagi diberdayakan tapi harus memberdayakan.

Memang sangat disayangkan jika mahasiswa luar negeri yang telah jauh meninggalkan negerinya dan telah melakukan pergaulan internasioanal kembali ke Indonesia hanya menunggu untuk diberdayakan, dimanfaatkan dan digunakan. Seharusnya kitalah yang membuka lahan dan memberikan peluang pemberdayaan pada orang lain.

Memberdayakankah kita  atau diberdayakan pada masa datang tergantung bagaimana kita membangun diri sekarang. Jika ingin menjadi alumni luar negeri  yang mampu melakukan pemberdayaan maka dari sekarang kita bangun potensi dan kemampuan diri. Saat-saat perkuliahan seperti inilah kita merancang apa yang akan kita capai bertahun-tahun ke depan. Rancangan ini selanjutnya kita lanjutkan dalam kerja nyata dan kegiatan harian yang rutin. Dengan demikian, masa depan akan cerah dan menguntungkan. Sukses gemilang pasti sudah menanti di depan mata. Jika tidak, pasti penyesalanlah yang akan menunggu dengan pahit tak terperi.

Penulis sangat meyakini bahwa kita semua mengimpikan kesukesan, tak satupun ingin gagal. Namun terkadang impian hanyalah impian. Banyak tantangan yang membuat kita tak sanggup meniti tangga kesuksesan. Terkadang juga godaan yang melenakan membuat kita puas dengan yang ada. Padahal pejuang sejati adalah mereka yang tidak pernah puas dengan kebaikan hingga kakinya menginjak surga.

Setidaknya ada tiga hal yang membuat kita berhenti kaku melawan tantangan dan terlena dengan godaan sebelum sampai pada cita-cita. Pertama, disorientasi, dia  adalah kondisi yang membuat kita lupa atau kehilangan tujuan utama dalam mencapai cita-cita. Kita tidak memilki lagi target, cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai. Hal inilah yang membuat kegiatan-kegiatan yang kita lakukan hanyalah kerja tanpa arti dan minim manfaat. Kita tidak mau lagi tergerak untuk melakukan kerja keras mengejar mimpi, sebab memang kita tidak punya mimpi lagi.

Kedua, lingkungan rusak. Lingkungan adalah hal yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Tingkah laku, cara berfikir dan bertindak akan sangat tergantung pada lingkungan yang membangunnya. Jika lingkungan yang ditempati sesorang itu baik maka besar kemungkinan orang itu akan menjadi baik, begitu pula sebaliknya. Kebanyakan mahasiswa yang gagal dan berhnti sebelum mencapai tujuan adalah mereka yang hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif.

Teman bergaul mereka adalah orang-orang yang memilki penyakit pertama di atas. Mereka berteman dengan orang yang sudah tidak punya tujuan hidup lagi. Sudah tidak memilki keinginan untuk sukses lagi. Akibatnya ia pun ketularan penyakit buruk tersebut. Itulah sebabnya Rasulullah selalu mengingatkan pentingnya membangun lingkungan. Hingga lingkungan terkecil yang terbentuk dalam persahabatan antara dua orang sangat beliau perhatikan. Bahkan beliau mengatakan bahwa agama seseorang tergantung pada siapa ia bersahabat.

Ketiga, tidak ada pembinaan. Ada satu pernyataan yang  sungguh penulis tidak setuju. Pernyataan bahwa sesorang mahasiswa sudah bukan waktunya lagi di bina dan diikat dengan peraturan. Usia mahasiswa adalah usia yang sudah dewasa yang tidak perlu diatur lagi. Ia sudah mampu menentukan sikapnya dan masa depannya sendiri. tidak perlu diikat dengan peraturan dan tata tertib macam-macam. Ini sebuah pandangan yang keliru, sebab nabi Muhammad saja yang sudah menjadi nabi dan rasul masih terus mendapatkan bimbingan Allah swt., bimbingan ini terus ia peroleh hingga wafat.

Jika nabi saja masih demikian apa lagi kita. Para sahabat juga demikian, sekalipun mereka sudah tua dan sepuh tetap saja mereka senantiasa mencari pembinaan dan bimbingan. Lihatlah Umar yang selalu berkata pada sahabatnya yang lain, tolong nasihati saya. Abu Bakar yang saat jadi khalifah selalu mengatakan, luruskanlah saya. Abdullah bin Mas’ud pun selalu mengajak sahabat lainnya dengan mengatakan hayya bina najlis nu’minu saah, mari kita duduk sejenak untuk memperbaharui keimanan kita. Itulah para sahabat, selalu dan senantiasa saling membimbing, menasihati dan saling mengingatkan sehingga Rasulullah pun berkata tentang mereka, masa terbaik adalah masaku, setelahku dan setelahku. Dalam Islam dikenal istilah Tarbiyah madal hayah, pembinaan seumur hidup. Maka tidak ada kata berhenti belajar dan saling memperbaharui keimanan. Tak ada kata habis untuk saling membina dan memperbaiki.

Jika seseorang tidak mendapatkan pembinaan yang intensif sangat berpotensi terserang disorientasi. Tidak ada yang selalu mengingatkan dan mendorong untuk maju dapat dipastikan kehilangan semangat dan tidak memiliki jiwa pembelajar yang haus ilmu.  
Untuk mengobati ketiga penyakit diatas solusi yang penulis tawarkan adalah dengan menggalakkan gerakan back to campus. Kembali ke kampus, masuk kuliah dan aktif selalu dalam kegiatan keilmuan dan kajian. Secara psikologi manusia akan terbawa dan terpengaruhi dengan kesibukannya. Misalnya saat seseorang sibuk dengan urusan ilmu maka itulah yang akan mewarnai jiwa dan karakternya. Kita kehilangan semangat mencari ilmu sebab sepanjang hari ilmu tidak mendapat porsi dalam hidup kita. Akibatnya saat kita akan kembali belajar dan ingin membaca terasa sangat berat dan tak berdaya menghadapinya. Hal inilah yang akhirnya membawa pada disorientasi di atas. Kehilangan tujuan dan cita-cita. Sebab sarana menuju cita-cita sangat berat untuk kita lakukan, ia lebih berat dari pekerjaan apapun. Kegagalan demi kegagalan pun akhirnya kita koleksi.

Dengan aktif ke kuliah secara otomatis lingkungan baik akan tercipta. Setiap hari atau minimal tiga kali sepekan kita mengunjungi kampus itu sudah sangat bagus untuk memelihara “rasa” dan kesdaran diri bahwa kita penuntut ilmu. Sekalipun keberangkatan ke kuliah tidak menghasilkan ilmu walau secuil, namun dengan hadirnya kita ke kampus akan bertemu dengan lingkungan pelajar yang mau tidak mau memompa semangat untuk belajar dan belajar lagi. Maka datang dan selalu hadir di kuliah memiliki nilai tersendiri dibanding tidak pernah datang sama sekali. Kuliah memang sudah seharusnya kita rutinkan, bukankah kita ke sini untuk itu?

Disamping aktif kuliah yang tak kalah pentingnya adalah pembinaan itu sendiri. kuliah di Mesir ini ibaratnya memasuki hutan belantara. Jika tidak memilki pembimbing dan ikut dalam pembinaan yang kontinyu terus menerus dapat dipastikan akan tersesat. Buatlah kelompok-kelompok kecil untuk saling memotivasi dan menyemangati, lalu mintalah kakak senior untuk memberikan bimbingan dan pengalaman dalam menuntut ilmu di sini.

Kedua hal ini adalah yang paling asasi menjadi rutiniitas mahasiswa. Ada banyak kegiatan lain yang bisa dijadikan kesibukan. Berorganisasi contohnya, dengan berorganisasi pengalaman akan bertambah dan wawasan serta kematangan diri makin terasah. Dan tak kalah pentingnya semangat untuk terus memperbaiki diri sebab hanya orang-orang yang seperti inilah yang mampu memberdayakan dan tidak akan menunggu untuk diberdayakan. 


Sumber : Wawasan 
Oleh : Ahsanur Ahmad